Periksa di dr.Indra dan Melahirkan Anak Kedua di RS Indriati Boyolali
Berbenah dan mencoba memilih yang terbaik untuk pengalaman melahirkan menyenangkan dan minim trauma adalah impian saya yang sepertinya jadi nyata.
SEBELUM MASUK IGD |
Tiga bulan terakhir menjelang persalinan, saya mencoba pindah dokter kandungan, kemudian saya mantapkan diri periksa ke Klinik USG Anggrek Boyolali dengan dr. Oktoria Indrapraja yang akrab disapa dr. Indra.
Klinik USG Anggrek ini ada di dalam Apotik Kimia Farma dekat RSU Pandanaran Boyolali.
Kenapa saya pindah? Alasan pertama, jam periksa yang lebih sore, jadi tidak mengganggu jam kerja di Sekolah, dokternya menjawab apa yang saya tanyakan bahkan yang saya pendam, tepat waktu dan dekat dari rumah. Simpel kan?
Saya pikir, Cukuplah saya kesana 2-3x, eh ternyata sampai melahirkan pun tetap dibersamai dr. Indra. Hoho, kenapa gak dari awal aja ya di Sini..
Kehamilan kedua ini saya lebih gembrot, kenaikan BBnya ta terduga, kalau dulu mentok 83, yang ini jadi 92. Hampir 100kgπ
Saya sering berdalih, aman aja kok soalnya bayi di Perutnya ga gendut, BBnya selalu normal. Jadi, ya santai-santai aja. Yang awalnya tensi saya tinggi, pernah sampai 158, eh pas periksa di dr. Indra normal aja. Tambah pede kan jadinya nih. Hihi..
Sampailah saya di masa cuti dan mendekati HPL. Tak dinyana, tensi saya tinggi 2 minggu berturut-turut dan pada minggu terakhir saya periksa dr. Indra menyarankan jika tensi tinggi terus akan berisiko untuk ibunya, sebaiknya segera dikeluarkan saja bayi dari perutnya. Selain hal tsb, usia bayi sudah cukup bulan kok. Mau melahirkan normal oke pun masih oke oke saja.
Sepulang dari periksa terakhir bersama Mikhi yang akan jadi kakak ecieeeeeee, saya laporan ke suami. Beberapa hal kami diskusikan termasuk tempat melahirkan. Saya tu jujur aja, pinginnya ganti tempat. Walau yaa, ada teman saya yang bercerita pengalaman buruknya di Tempat baru yang saya tuju. Dengan dukungan moril bumer juga, saya fix memilih lahiran di RS Indriati Boyolali.
Suami pun menyerahkan keputusan ini pada saya, karena yang paling penting adalah mental bumilnya. Esok harinya kami pergi ke RS Indriati Boyolali untuk konsultasi kembali ke dr. Indra, karena suami saya belum puas dengan laporan semalam. Nah, baru setelah itu kami masuk IGD.
mIKHI PUNYA ADIK |
Hari itu makin tak menentu, tensi saya jadi 180 dan semakin menambah poin keputusan untuk segera lahiran. Yang dikhawatirkan adalah ibu bisa kejang dan pendarahan hebat.
Fyi, dr. Indra ini terkenal pro persalinan Normal ya. Saya juga awalnya pingin normal tapi....
Ketika konsultasi, ada dua opsi yang keluar yaitu lahiran normal atau Caesar. Jujur saja, terbersit pikiran untuk langsung memilih Caesar (sc), hehe tapi gatau kok saya malah jawab dicoba normal dulu saja. Yupp, karena belum kontraksi ya salah satu caranya adalah dilakukan induksi. Oke, gas!
Induksi Tiga Kali
Penantian saya agar ada pembukaan sungguh panjang, bosan juga saya menunggu dan harus merasakan pindah ke Kamar Bersalin yang sunyi dan bikin boyok pegel. Kami tentu berharap yang terbaik dan masih sabar mencoba induksi ketiga yaitu dengan memasukkan obat melalui infus. Sebelum itu, dua kali sudah ada obat yang masuk melalui vagina. ihhh, cukup sudah!!
Ahhh, ditunggu sampai dzuhur ternyata beluma ada reaksi apapan dari percobaan induksi yang dijalani. Saya malah lega sekali ketika dr. Indra memberikan opsi untuk dilakukan SC jika sampai jam 12 tak ada tanda-tanda pembukaan dari saya.
Yuppp. Saya dan suami menyepakati lahiran SC, deg-degan? Jujur, gak banged. Suami yang agak panik walau masih batas wajar. Lagi pula, saya hari itu masih batuk dan ga bisa membayangkan harus mengatur nafas saat proses lahiran.
Diskusi singkat, suami segera memberi jawaban kami ke perawat. Setelah itu tim mereka mempersiapkan operasi. Bdw, sebelum ke Kamar Operasi saya harus diantigen dulu dan ketika perawatnya tiba, ia memastikan nama saya, "Frau Fitri ya?". Wih, saya seneng banget liat alumni udah bekerja sesuai impiannya. Kak Monita dari SMAN 2 Boyolali.. Hihi.
Saya makin bersemangat aja dan sebelum dioperasi pun masih sempat baca pengalaman orang di Caesar. Kebetulan yang saya baca, ia merasa kesakitan saat dianeatesi. Uhuhu..... Saya hanya berdoa yang terbaik.
Meja Operasi
Perjalanan menuju ruang Operasi tampak buram hehehe karena kacamata saya sudah dilepas. Saya mencoba santai dan terus berdoa, ya Allah berilah yang terbaik. Keluarga Saya menunggu di samping kiri dekat pintu ruangan. Saya cium Mikhi anak pertama dan salim suami hihi.. Ya Allah Saya kadang Haru sendiri seorang Pitri yang dulu tomboy sekarang akan punya anak dua hehehe...
Pertama masuk.. Saya disuruh rebahan, diganti bajunya, dikasih penutup kepala lalu tak lama didorong ke ruang tunggu. "Hallo bu, HPL kapan? Tanggal xxx mbak jawab Saya. Oh ini request ya tanggal cantik giniππ tanyanya lagi mungkin untuk mencairkan suasana.
Menunggu beberapa saat, kemudian tiba saya dieksekusi. Untung saya tu minus ya, jadi ga keliatan mau diapain. Setelah dianeatei yang nyatanya tak sakit seperti bayangan, saya diminta rebahan, tangan disalib dan panggul kebawah sudah mulai mati rasa.
Di atas perut ada kelambu yang menutupi bagian bawah. Mata saya menyipit melihat apa yang mereka taruh di atas kulit perut, mungkinkah itu pisau? Hahahha. Di atas tubuh saya seperti ada alat yang bisa buat berkaca gitu.
Beberapa menit saya seperti tidur, malah seorang perawat bilang udah bu tidur dulu gapapa dan betullah bangun-bangun semua sudah selesai.
"Udah selesai lho bu"
Saya yang agak bingung, menanyakan bayinya dimana dan apa jenis kelaminnya. "Perempuan dan tadi nangis keras sekali bu. "
Saya lega sekali, walau tidak melihatnya langsung. Sudahlah ini kan SC mungkin begitulah alurnya. Singkat cerita saya keluar tempat operasi dan diganti Perlak tiga kali, katanya pendarahan saya cukup banyak.
Review RS Indriati Boyolali
Ketika keluar dan diantar ke Kamar, saya merasa lapar dan ingin segera makan heheh. Berkat BPJS, saya bisa naik kelas, dari kelas 2 ke Kelas 1 yang sekamar isinya 2 orang. Ini lebih baik daripada saat Mikha mau lahir, waktu itu saya BPJS kelas 1 malah pindah ke Kelas 3. Jujur ya, saya dulu ngampet pingin marah, saya benci kamar kelas 3 itu, isinya 4 orang, kasur bikin sakit, ngerasa ga nyaman hoho.
RS Indriati buat saya di luar ekspetasi.. Positif lho. Saya dah siap mental kalau seandainya pelayanan perawatnya ga oke, tapi nyatanya perawat mereka punya waktu buat menjelaskan. Mungkin efek rumah sakit baru, tapi semoga saja pelayanan prima ini bertahan selamanya dan jadi ciri khas. Saya minim trauma, suka sama makanannya, respek sama dokter dan perawat yang siap sedia plus tanggap, tepat waktu dan itu punya waktu untuk menjelaskan.
Banyak hal yang dulu ingin Saya dapat di persalinan pertama, terjawab di Sini. Sampai - sampai dijelaskan perawatan payudara, dll. Mereka mendukung ASI Eksklusif nih... citcuit
Oya, biaya tambahan naik kelas dan SC sekitar 800rb. Ini selisih dari plafon BPJS yang Saya punya. Saya puas dan bersyukur benar-benar dimudahkan sama Allah dan dikabulkan lahiran di Tempat yang bikin nyaman.
Terima kasih RS Indriati, dr. Indra, perawat dan tentu keluarga.
Selama pemulihan, yang nungguin Saya adalah suami. Malam-malam dialah yang gantiin popok dll, pas mau ditinggal cari makan Saya takut sendirian khawatir bayinya nangis hehhehe. Kalau siang ada Mikha, keponakan, dan Bumer. Cukup 4 hari saja saya di Sana dan pulang yeyeye. Oya, saya juga ketemu murid lagi. Waktu dia antar makanan. "Frau Fitri ya? Aku muridnya bu." Ihhhh senang banget. Saya Samar ingat dia, dulu MIPA 4 kalau ga salah. Hihi.... Rajin. Semoga sukses ya kak.
Alhamdulillah, saya ga sesakit 5 tahun lalu, udah bisa jalan, berdiri, pokoknya rileks.
Saran : kalau mau melahirkan pilih yang sesuai keinginan dan riset kita, suami suruh nurut aja, karena kita yang ngerasain. Saya bahagia memilih ini semua.
Ditulis saat pemulihan
.
0 Response to "Periksa di dr.Indra dan Melahirkan Anak Kedua di RS Indriati Boyolali"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D