Pengantar : Di Bali
Sabtu, 4 November 23 lalu saya baru pulang dari acara di Bali namanya Basisseminar und an der Einfรผhrung in Deutsch Lehren Lernen (DLL) fรผr die Nachwuchsmultiplikatoren 2023. Acaranya dihelat dan disponsori oleh Goethe Institut Indonesia.
Daripada ga jadi nulis, saya mau nulis yang ringan-ringan dulu. Dimulai dari pengalaman perjalanan saat hamil dan kuliner di Bali. Ihihihi, alhamdulillah deh masih sempat menulis dan bisa mengingat apa yang sudah saya idamkan dari 5 tahun lalu. Bisa jadi bagian dari Goethe Institut (versi saya) tanpa harus jadi guru Goethe langsung. Kalau disuruh memilih, memang saya lebih suka hidup dan bekerja di Boyolali. Entah kenapa, sejak jaman kuliah di Yogyakarta saya sudah memantabkan diri akan mendedikasikan diri di Boyolali.. walau nanti harus merantau dulu, suatu hari saya akan mapan di Boyolali bersama keluarga tentunya. Heheh
Oke, cerita Dinas Luar pas hamil dan ke Luar kota ini adalah pengalaman kedua saya. Saat hamil 2018 lalu, saya juga ke Bandung untuk ikut Fortbildung dari Goethe Institut ini ceritanya. Saat itu saya hamil 6 bulan dan waktu ke Bali usia kandungan saya juga lagi 6 bulan.
Untuk perizinan ga ada masalah berat, karena kalau untuk urusan ngajar, dll, suami mendukung. Heheh. Untuk urusan anak, ya karena di Rumah ada dia dan mertua ya jadi saya santai-santai aja. Lagian anak pertama udah 5 tahun, jadi bisa diajak diskusi dan sebelum ini sudah sering saya tinggal ke Luar kota. Yihihih. Target saya, dalam 5 tahun ini bisa ke Jerman lagi. Dulu 2018 sebetulnya saya ada kesempatan ke Jerman, karena peringkat 1 waktu Fobi hihi, tapi harus dilepas dulu karena bayi saya baru saja keluar Cerita mau ke Jerman
Lanjut lagi. ketika mau naik pesawat yang saya pastikan adalah surat dokter yang menyatakan bahwa saya diperbolehkan terbang. Surat Keterangan Medis Layak Terbang begitu istilahnya. Dengan surat itu jika lengkap, tinggal naik pesawat. Namun, di kehamilan kedua ini saya harus merasakan pengalaman lain ketika menunjukkan surat. Pokoknya karena ada kesalahan dari saya, akhirnya saya disuruh ke layanan kesehatan bandara Adi Sumarmo dan diperiksa ulang, dikasih surat lagi dan prosesnya agak lama...untung untung saya gak terbang sendiri, tapi sama dua orang ini. Kak Maria guru Regina Pacis Solo dan Kak David guru SMAN 3 Wonogiri
Ya, pemeriksaan standar kok, wawancara usia kehamilan, diukur tensi, terus ttd administrasi. Tidak ada biaya khusus dan setelah itu langsung dikasi surat dan bisa naik pesawat dengan tenang. Surat tersebut hanya berlaku sehari, jadi pas balik dari Bali, saya harus cari surat semacam ini. Iyuhahahahah
Pas pulang, saya juga harus ke Layanan kesehatan Bandara Ngurah Rai. Ya, diperiksa lagi dan dikasih surat. Pas mau naik pesawat saya distop lagi, disuru tanda tangan. WUWUWUUWU. Tenang, semua gratis!
Ya, pokoknya kalau lagi hamil penting buat ngomong ya, demi diri sendiri dan penumpang lain sih. Untuk ketentuan lain bisa dilihat dari syarat sesuai maskapai masing-masing.
๐๐๐๐๐
Habis naik pesawat tuh rasanya lapar banged, padahal sebelum berangkat udah makan. Sampai di Bali, yang saya cari adalah makanan. Hihi, karena belum dapat jatah makan di Hotel, akhirnya kami cari tempat yang asik dan menu nasi. Dekat hotel Fontana ini sebenernya da banyak pilihan :
Nasi Tempong Indra |
Nasi Tempong Indra Sambalnya pedes dan untuk seporsi gitu, saya kurang nasinya. |
0 Response to "Pengantar : Di Bali"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D