Suka Duka KBM Daring versiku
Sebelum terjadi Pandemi, saya dan banyak murid sering mengeluh tentang jam belajar di Sekolah, dimana kami bekerja dan belajar mulai jam 07.00-15.30. Wah, apalagi saat pertama kebijakan ini berlaku, semuanya berubah. Biasanya pulang jam 14.00, tiba-tiba harus berada di Kelas sampai sore dan harus merelakan jam tidur siang yang hilang, apalagi untuk anak kelas X yang baru saja lulus dari SMP. Saya ingat, mereka terus saja membandingkan jam sekolah saat itu dan SMP. Hmmm tapi, lama-lama kami terbiasa, walaupun sering kami merindukan pulang lebih awal seperti dahulu. Hari libur menjadi istimewa buat kami saat itu.
Sekarang? Tiada lagi bel tanda istirahat yang didamkan terdengar, kantin tutup, parkiran sepi dan jalanan sedikit lengang. Keluhan pulang sore terganti dengan kata-kata "daring". Bahkan murid saya bilang : KBM daring kami Pusing. Apa pasal? Ternyata kami rindu sekolah dan bertemu langsung, hahahaha!
Awal Pandemi dan libur sekolah, kami senang, karena sudah lama tidak merasakan libur, seminggu dua minggu tiga minggu sampai sebulan makin banyak yang sering bertanya kapan masuk yang ujungnya dijawab belum tahu, bisa jadi tahun depan. Eh tahu-tahu sudah bulan September.
Coba kita lihat jadwal daring berikut :
Itu adalah jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada tahun ajaran baru. Tampak normal saja ya? Kenyataannya, banyak yang mengeluh. Bisa dibayangkan dalam satu hari para remaja tersebut harus menatap layar Smartphone tanpa henti, ditambah lagi otak yang jadi panas karena berusaha memahami materi pelajaran (mapel) yang diberikan. Sehari mereka belajar 4-5 mapel berbeda. Akhirnya melihat hal tersebut timbullah kebijakan baru dimana hanya 4 jam. Maksudnya 4 jam pelajaran lo. Jadilah seperti ini :
*setiap sekolah bisa berbeda, tergantung kebijakan KS.
Jadwal baru ini membuat siswa sedikit bisa bernafas dan beristirahat. Ada jeda yang bisa digunakan untuk memahami materi dan menyelesaikan tugas. Efeknya beberapa Mapel direduksi jamnya, yang tadinya 4 jam perminggu hanya jadi 2 jam saja itupun dengan durasi 80 Menit, termasuk mapel saya, bahasa Jerman.
Tantangan untuk guru adalah Bagaimana Guru bisa memberikan materi yang mudah, jelas dan bisa diterima oleh siswa dengan keterbatasan waktu yang ada.
Tantangan untuk siswa adalah Apakah mereka bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk kebutuhan belajar atau malah jadi terlena dengan keadaan?
Suka Duka KBM Daring
Jujur saja, saya sempat senang dengan adanya KBM Daring, karena saya bisa tidur cukup dan berefek pada mood, sehingga pembuatan materi belajar lebih tertata. Saya punya banyak waktu mencari referensi dan meramu materi, selain itu saya juga punya waktu lebih banyak untuk mengembangkan diri dan melakukan hobi.
Guru jadi melek digital. Sebelumnya mana mau sih mencoba google form, buat video, nulis blog, belajar lewat tutorial, mengenal banyak aplikasi dan menguji coba mana yang paling enak untuk murid.
Punya banyak waktu dengan keluarga. Saya jadi tahu rasanya mengasuh anak seharian itu capai.
Bisa melakukan hal lain bersamaan. Saya bisa memantau presensi sambil menyuapi anak contohnya.
Mau belajar demi konten yang apik.
Bisa tahu sejauh mana ketertarikan siswa pada pembelajaran.
Namun
Tidak bisa lepas dari Gadget, karena Work From Home (WFH) atau Bekerja dari Rumah itu bukan berarti LIBUR, karena pembelajaran harus dilakukan. Saya malah di Rumah bisa pusing sendiri, karena anak juga minta diperhatikan, sedangkan saya juga sedang bertugas untuk mengajar.
Tidak bisa melihat mimik siswa.
Tidak bisa kontrol siswa, karena banyak lo yang tidak ikut pembelajaran secara runtut. Presensi terus tinggal tidur, malah ada yang sengaja tidur seharian.
Emosi, karena merasa siswa tidak merespon apa yang kita sampaikan.
Salah kaprah karena hanya mengandalkan bahasa tulis saja.
Wah, kan ada video call dan aplikasi untuk meeting yang bisa digunakan. Iya sih, tapi saya pribadi mempertimbangkan kuota dan kapasitas memori HP siswa. Dilematis!
Sementara itu dulu..
0 Response to "Suka Duka KBM Daring versiku"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D