KBM Daring dari Kacamata Guru (yang masih belajar)
Kalau boleh jujur, adanya pembelajaran jarak jauh (PJJ) saya anggap sebagai bonus rehat sejenak setelah kami merasakan sekolah sampai sore. Pengalaman ini terasa mudah pada seminggu pertama, selanjutnya saya sedikit kewalahan karena maju perang dadakan tanpa persiapan cukup, ditambah lagi kewajiban meramu materi yang singkat, padat dan jelas, namun seiring berjalannya waktu saya jadi bisa adaptasi dan belajar.
Sedikit informasi, bahwa saat ini Guru bekerja di Sekolah dan dari Rumah. Dilematis adalah ketika bekerja dari Rumah, tapi anak tidak mau diduakan. Alhasil, ada beberapa hal yang tidak berjalan sesuai rencana, contoh mengajar via google meet batal. Untuk hal lain, tidak terlalu membebani karena sedikit terbiasa komunikasi virtual dengan murid. Malah ketika ada murid yang tanya tentang mapel, itu menandakan mereka mengikuti dan menyimak kegiatan belajar Mengajar. Toh, tidak setiap hari.
Sebagai Guru, masalah utama yang dihadapi saat ini selain persepsi tentang belajar daring, SDM dan fasilitas adalah psikologis, karena banyak tengah berada dalam fase jenuh atau bosan menghadapi aktivitas ini. Kalau berlarut, rasa bosan dan kesepian bisa berpengaruh untuk kesehatan mental.
Sebetulnya kalau mau optimal, saya lebih senang ketika terjadi dialog interaktif antara guru dan peserta didik saat pembelajaran, ya contoh dengan melakukan “meeting” atau panggilan suara, namun yang dipertimbangkan adalah fasilitas yang dimiliki setiap anak. Apakah kuota dan memori hp mereka cukup? Lagipula mapel yang dipelajari hari tersebut tidak hanya satu. Saat ini, saya lebih banyak menggunakan classroom dan menurut riset pribadi, diskusi aktif akan terjadi ketika “ada paksaan” untuk ikut, respon guru cepat, dan dilakukan didalam komentar pribadi (privat komen).
Daring dari Rumah |
Mereka juga lebih nyaman bertanya/mengungkapkan sesuatu ketika japri. Bagi saya, aktif adalah ketika mereka merespon sesuatu sesuai dengan yang disajikan dengan kata-kata mereka sendiri. Ya, ada beberapa peserta didik yang cerita kadang supaya dianggap presensi dengan cepat, mereka pakai cara instan dengan Copy Paste jawaban dari Google.
KBM Daring tidak pas untuk Indonesia?
Menurut saya menyimpulkan sesuatu yang pas banget atau ideal, ya ketika sudah ada uji coba akan konsep tersebut. Sementara ini, yang sudah berjalan saya nilai cukup baik, tapi kalau untuk harapan, saya berharap keluarga, masyarakat, sekolah dan pemerintah kompak mendukung yang sudah ada. Jangan berat satu pihak. Kalau jadwalnya sedang kbm contoh, ya diberi kesempatan untuk belajar, masyarakat mengingatkan jika ada anak yang tidak di Rumah, pemerintah membuka akses fasilitas, kerjasama dengan pihak swasta, sekolah fokus pada konten belajar. Ternyata mengajar itu tidak semudah yang dibayangkan.
Fenomena Guru Banyak Kasih Tugas
Hal itu tidak salah, karena saat ini tugas adalah bentuk kontrol efektif untuk memastikan siswa belajar dan “memahami” materi di Rumah. Bayangkan, yang dihadapi guru kan tidak hanya 10/20 peserta didik saja. Selain itu sebagai Pendidik terdapat target untuk membuat siswa tuntas dalam memahami dan mengaplikasikan kompetensi dasar tertentu. Lainnya, itu kembali pada gaya masing-masing, tidak semua Guru dan dosen seperti itu. Di Lingkungan sekolah saya ada yang tidak setiap pertemuan memberikan “TUGAS”, namun cukup diberi materi baru. Untuk bentuk tugas bisa divariasi, tidak berupa tulisan atau merangkum terus, kadang ya bikin pesan suara. Kuis online, memakai quizizz. Saya pribadi lebih suka memakai kata latihan untuk kamuflase pikiran (bahasa apa ini hahaha)
Bersyukur daring? Cek tulisan ini : Suka Duka KBM Daring
Daring ini membuat saya lebih punya banyak waktu untuk meramu materi belajar dan kreatif, melakukan banyak hal tanpa harus meninggalkan jam KBM, contoh membina lomba, kalau sebelumnya saya harus ikut ke tempat lomba dan memberi tugas di Kelas, sekarang saya bisa dapat keduanya, kelas dan lomba. Iya kebijakan dari Sekolah ada, terutama untuk Honorer, setiap bulan. Bagi PNS, dananya dialokasikan yang lain. Contoh ada siswa yang tidak punya hape, maka kemudian bapak/ibu guru urunan untuk memberikan fasilitas tersebut.
Selain itu kondisi ini makin mengukuhkan bahwa belajar sepanjang hayat itu penting sekali, mengaktualisasi/update ilmu tidak hanya mapel itu tugas semua. Ya orang tua, Guru, murid dan pribadi sebagai individu dalam masyarakat.
Harapan adanya PJJ untuk Indonesia?
PJJ ini membuat kita seharusnya lebih solutif, inovatif dan berpikiran lebih terbukan dalam menghadapi tantangan. Pengalaman ini berharga untuk memperkuat karakter, bahwa the show must go on. Ibaratnya ada 26 abjad yang bisa kita pilih untuk membentuk suatu kalimat dan semuanya tergantung individu mau membuat kalimat semacam apa.
Bagi saya, KBM Daring atau PJJ pada kondisi ini adalah jalan terbaik yang diambil dan nantinya ketika ada perubahan ke KBM Luring tentu akan ada gejolak baru, tahu sendiri kan ketika kita sudah terbiasa dengan sesuatu, terus harus berganti dengan yang baru, akan diperlukan adaptasi, ya dari pola pikir sampai perilaku. Tapi saya yakin akan lebih menyenangkan. Semoga!
.
0 Response to "KBM Daring dari Kacamata Guru (yang masih belajar)"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D