Cerita : Salah Masuk Jurusan Bahasa Jerman
Edited 26/08 atas permintaan
Apakah mungkin kamu sedang merasa galau, karena tidak tembus SNMPTN? Gagal SBMPTN? Lalu, "iseng" daftar Seleksi Mandiri atau Ujian Mandiri dan memilih jurusan bahasa Jerman? Yang kemudian kamu malah ga nyangka, ketika membaca pengumuman dan dinyatakan DITERIMA.
Kalau iya, semoga cerita keponakan saya , yang ternyata menjadi fans saya, dengan memilih jurusan pendidikan Bahasa Jerman di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bisa menginpirasi dan memberi pandangan baru. Sebut saja namanya Hadud. Hadud kini sudah semester 5 dan mantab melanjutkan pilihannya, walau pernah merasa terpuruk 😀
Sampai sekarang, kalau dia ditanyai mengapa masuk jurusan bahasa Jerman? Maka jawabannya masih sama dan bikin gemes. "Tidak tahu atau kadang dijawab ISENG".
Baca juga : Yakin, mau kuliah PB JERMAN?.
Fakta tentang Hadud :
- Tidak belajar bahasa Jerman ketika SMA
- Sudah diterima jurusan D3 kesehatan di Poltekes Negeri
- Target keterima jurusan Psikologi
- Jarang ngobrol tentang bahasa Jerman dengan saya, padahal sering ketemu
- Gak pernah rasan-rasan bakal ambil jurusan Bahasa
Saat dikabari, saya betul kaget. Serius? Setelah tahu, dia saya paksa untuk belajar bahasa Jerman tingkat dasar. Namun tidak lama, karena...
Kemudian apa yang dia lakukan?
dia sepertinya gak takut-takut banged apalagi dia merasa ditempatkan di kelas yang selevel dengannya, jadi banyak yang belum punya dasar bahasa Jerman ketika SMA, hanya ada 4. Nah, jadi di Sini dia merasa banyak teman.
Apakah dia kesusahan?
Ya sangat! Apalagi kelasnya langsung diajar para Native Speaker dari Jerman yang baru saja tiba di Indonesia. Bisa dibayangkan bukan, ketika diajar oleh orang Jerman dan di dalam Kelas belum ada anak yang benar-benar menguasai bahasa ini. Ya, bingung, tapi akhirnya bisa diikuti.
Perlu diingat, pada awal semester semua mahasiswa pendidikan Bahasa Jerman akan belajar dari level dasar. Ini dia mata kuliah semester satu Pendidikan Bahasa Jerman UNY angkatan 2018 :
Ya sangat! Apalagi kelasnya langsung diajar para Native Speaker dari Jerman yang baru saja tiba di Indonesia. Bisa dibayangkan bukan, ketika diajar oleh orang Jerman dan di dalam Kelas belum ada anak yang benar-benar menguasai bahasa ini. Ya, bingung, tapi akhirnya bisa diikuti.
Perlu diingat, pada awal semester semua mahasiswa pendidikan Bahasa Jerman akan belajar dari level dasar. Ini dia mata kuliah semester satu Pendidikan Bahasa Jerman UNY angkatan 2018 :
Ilmu Alamiah Dasar
Apresiasi Budaya
Phonetik
Hören für Anfänger : Mendengar untuk pemula
Sprechen für Anfänger : Bicara untuk pemula
Schreiben für Anfänger : Menulis untuk pemula
Grammatik für Anfänger : Tata bahasa untuk pemula
Lesen für Anfänger : Membaca untuk pemula
Manajemen Pendidikan
Pancasila
Bahasa Indonesia
Selain, pasti kondisi kejiwaaan yang masih shock, si Hadud ini juga sempat kemakan kabar burung dari kakak tingkatnya yang mengatakan bahwa dosen A, B, C D itu susah ngasih nilai dan terkenal galak. Alhasil, dia semakin takut. Hmm, disinilah peran keluarga untuk mendukung sangat diperlukan. Untungnya dia masih mau untuk diajak diskusi dan terbuka dengan masalah ini.
Yang bilang galak kan orang lain, yang bilang susah itu juga orang lain, memangnya Hadud dan orang lain itu sama?
Saat itu dia mulai goyah, apalagi melihat ada 2 temannya yang keluar, karena merasa ndak kuat menjalani kuliah. Dia juga ingin minta berhenti kuliah.
"Lha kalau kamu berhenti kuliah Jerman, kamu mau ngapain? Mau pindah kuliah dimana? Mau kerja?"
Saat pertanyaan diatas muncul, dia gak bisa menjawab. Artinya apa? Hadud memang masih labil dan sebetulnya perlu diarahkan, dicerahkan dan banyak bergaul dengan orang yang bisa memberi semangat. Kalau dia mau keluar dan benar-benar merasa tertekan, silahkan, tapi kalau dilihat hadud masih bisa menjalani ini. Memang kami keluarga besar bukan psikolog, tapi kami menekankan bahwa semua permulaan itu berat dan susah.
Saya sendiri sebagai alumni? Saya cukup sering nggaya di depannya, lha wong saya juga bisa kok kerja sesuai jurusan, begitu tekan saya seringnya. Toh ketika lulus kuliah kamu juga akan bersaing dan berjuang lagi. Kerja apapun bisa!
Ditambah lagi si Hadud juga memikirkan biaya yang orang tuanya keluarkan untuk kuliah, tahu sendirilah kalau keterima jalur mandiri. Toh, ini juga pilihan Hadud, dia dulu sudah saya suruh baca ini Yakin, mau kuliah PB JERMAN?., sudah diajak diskusi sana-sini dan akhirnya tetap kekeh mau kuliah bahasa Jerman. Ya, sudah to! La terus ditengah jalan mau berhenti. Hmmmmmmmm
Ya, kalau keluarga kami hidup dengan sebuah Privilege, gausah banyak mikir. Kenyataannya? Ya, banyak yang harus ditimbang. Memang ini semua butuh perjuangan.
Yang bilang galak kan orang lain, yang bilang susah itu juga orang lain, memangnya Hadud dan orang lain itu sama?
Saat itu dia mulai goyah, apalagi melihat ada 2 temannya yang keluar, karena merasa ndak kuat menjalani kuliah. Dia juga ingin minta berhenti kuliah.
"Lha kalau kamu berhenti kuliah Jerman, kamu mau ngapain? Mau pindah kuliah dimana? Mau kerja?"
Saat pertanyaan diatas muncul, dia gak bisa menjawab. Artinya apa? Hadud memang masih labil dan sebetulnya perlu diarahkan, dicerahkan dan banyak bergaul dengan orang yang bisa memberi semangat. Kalau dia mau keluar dan benar-benar merasa tertekan, silahkan, tapi kalau dilihat hadud masih bisa menjalani ini. Memang kami keluarga besar bukan psikolog, tapi kami menekankan bahwa semua permulaan itu berat dan susah.
Saya sendiri sebagai alumni? Saya cukup sering nggaya di depannya, lha wong saya juga bisa kok kerja sesuai jurusan, begitu tekan saya seringnya. Toh ketika lulus kuliah kamu juga akan bersaing dan berjuang lagi. Kerja apapun bisa!
Ditambah lagi si Hadud juga memikirkan biaya yang orang tuanya keluarkan untuk kuliah, tahu sendirilah kalau keterima jalur mandiri. Toh, ini juga pilihan Hadud, dia dulu sudah saya suruh baca ini Yakin, mau kuliah PB JERMAN?., sudah diajak diskusi sana-sini dan akhirnya tetap kekeh mau kuliah bahasa Jerman. Ya, sudah to! La terus ditengah jalan mau berhenti. Hmmmmmmmm
Ya, kalau keluarga kami hidup dengan sebuah Privilege, gausah banyak mikir. Kenyataannya? Ya, banyak yang harus ditimbang. Memang ini semua butuh perjuangan.
Solusinya?
Untuk mengatasi kesusahan materi, dia lebih sering belajar bersama teman sekelas, ya kadang tanya saya.
Nilainya gimana?
Ya lumayan, ada yang D.
Sempat pusing?
Sering, tapi kalau saya lihat itu bukan karena materinya yang susah banged, tapi karena Hadud malas baca. Maaf ya, di semester 3 saya sempat mengritik hadud, karena kerjaannya nonton drama berseri terus, jarang baca, kalau saya ajak ngobrol mata kuliah malah marah-marah.
Setelah masuk semester 4, ya dia mulai menerima kenyataan dengan legowo dan sempat bilang bahwa kalau mau bisa itu jangan terlalu sembrono dan sombong, nanti hasilnya tidak sesuai ekspetasi. Ketika mau menyerah dan lelah, jangan mengambil keputusan gegabah, jangan asal mau keluar kuliah atau berhenti. Jangan mendewakan "aku gak mau stress, ini demi kesehatan mentalku"
Dia ngomong kaya gitu karena sempat dapat wejangan juga dari kakak tingkatnya.
Dia ngomong kaya gitu karena sempat dapat wejangan juga dari kakak tingkatnya.
Pesan dari dia buat yang salah milih jurusan bahasa Jerman?
Yo nek sing meh njipuk Jerman tak saranke nyicil sik dasar-dasare, Ben ra mumet. Walaupun dosene mbimbing tp ra kabeh. Ra dijelaske wis dikon gae kalimat mati lah kau. Wkwkkwk. Tp yo asik kok. Nek ws dijalani.
Kalau memang mau ambil jurusan ini, disarankan tetap belajar dasar, biar gak pusing. Ya, walaupun ada dosen yang akan membimbing sedikit. Tidak diterangkan, sudah disuruh buat kalimat, matilah kau. Wkwkwk. Tapi asik kok, ketika sudah dijalani.
Mata kuliah pendidikan bahasa Jerman terbaru cek di sini : Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Jerman sem 1-5
Danke an Hadud
0 Response to "Cerita : Salah Masuk Jurusan Bahasa Jerman"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D