Diktat Bahasa Jerman Fitri yang Pertama
Setelah
melalui beberapa revisi, mutung, nangis, bingung akhirnya Diktat pertama saya
terbit. Diktat bahasa Jerman kelas X SMA N 2 Boyolali. Kok namanya diktat sih?
Ini
semua berawal dari Pak Ismawanto (Pak Is). Juni 2019, ketika draft selesai, saya mendatangi Pak Is dengan
keluguan serta kegemblungan tiada tara. Ya, saya kira Pak IS akan berkomentar
oke dan mengatakan kalau draft saya itu layak dicetak sebagai modul. Nyatanya,
Pak Is langsung membuat goncang hati dengan pertanyaan sederhana ini.
“Sebelumnya,
mbak Fitri tahu tidak beda modul dengan diktat?”
Jujur
saja, saat itu saya kira diktat dan modul itu sama. Saya yang salah jawab,
akhirnya dibantu Pak IS dengan jawaban semacam ini :
“Prinsipnya,
diktat itu adalah bahan ajar yang dibuat Guru untuk siswa untuk belajar, namun
mereka masih perlu bimbingan Guru dalam pemahamannya.”
“Kalau
modul itu dibuat untuk siswa agar mereka bisa belajar mandiri.”
Keduanya,
memliki struktur tersendiri, di mana modul memang lebih rinci daripada diktat.
JLEB!
Saya
kemudian disodori struktur modul dan diktat. Dengan berat hati, akhirnya saya
mengobrak-abrik yang sudah ada dan disesuaikan dengan catatan yang diberikan
oleh Pak IS. Saya merubah banyak, saya harus betul-betul menguraikan Indeks
Pencapaian Komulatif dengan Kompetensi Dasar yang diajarkan di Kelas X.
Butuh
waktu 2 minggu hingga akhirnya Diktat saya itu sesuai. Targetnya, diktat ini
bisa dicetak dan segera dipakai pada tahun ajaran baru ini. Saya sempat pesimis
apakah semuanya bisa sesuai rencana.
Belum
selesai konsultasi dengan Pak IS, saya pergi ke Pak Muh. Zuhri. Lagi-lagi,
draft terbaru saya itu dicerca secara halus, halus yang membuat pengeditan
besar-besaran terjadi. Hua.... memang sebelumnya saya itu harus lebih awal ke
Pak Is dan Pak Zuhri.
Dengan
membagi waktu antara kegiatan Sekolah maupun Rumah, saya terus berusaha
menyelesaikan diktat bersama Mikha, bayi saya yang waktu itu masih 8 Bulan.
Hahahah..
Singkatnya,
diktat saya sudah 90 %. Saatnya, saya pergi ke Syaifudin Zuhri untuk
berkonsultasi masalah cetak diktat. Jujur, saya itu gak kepikiran kalau urusan
ini juga gak gampang. Wong, saya pikir diktat ini ntar dicetak terus difotokopi
hahahahah.
Pihak
Sekolah sejak awal bilang, kalau bikin diktat yang bagus sekalian, yang
profesional, kertas dan cover harus bagus.
Setelah
berembug dengan Pak Syai, saya dipertemukan dengan pihak percetakan yang
memudahkan saya. Ikut bantu bagian cover, memberi masukan dari banyak sisi.
Selesai?
Gak!
Menunggu
diktat dicetak itulah yang bikin gila, ada rintangan yang bikin molor, marah,
dan sedih.
Berkali-kali.
Saya ke Pak Syai sambil sambat hahahahahah.
Salah
dan marah bikin hari saya modal madul. Pembelajaran di Kelas pun belum sesuai
rencana. Hal semacam itu bikin saya mengaktifikan blog lagi. Ya ada hikmahnya,
blog jadi hidup lagi dan murid juga tertarik.
Heeem,
setelah penantian akhirnya pada akhir agustus, diktatnya jadi....
Yee!
0 Response to "Diktat Bahasa Jerman Fitri yang Pertama"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D