Mengajar Mapel yang Bukan Jurusannya?
Bagi sebagian Guru Tidak
Tetap (GTT), mungkin pernah mengalami mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai
dengan bidang keahliannya. Ada yang Guru bahasa Inggris, mengajar bahasa
Indonesia, yang Guru seni musik mengajar bahasa Jawa, ada yang Guru bahasa Jerman
kemudian mengajar prakarya, guru bahasa Perancis mengajar TIK, dan masih banyak
lagi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Ada banyak faktor yang
mempengaruhi hal tsb, mungkin karena ada Guru dengan status PNS di Sebuah
Sekolah yang jumlahnya cukup, sehingga GTT dengan mata pelajaran (mapel) yang
sama mau tidak mau harus mengalah. Lha wong GTT, wajar. Haha. Ada juga yang
kekurangan Guru, kemudian Sekolah memberdayakan GTT yang ada. Menguntungkan loh
sebenarnya, kalau sekolah memberdayakan GTT yang ada. GTT dapat tambahan jam
mengajar(artinya juga tambah honor) dan Sekolah tidak perlu mencari Guru baru.
Semenjak tahun ajaran baru
2017, saya diberi “tantangan” untuk mengajar mapel Prakarya dan Kewirausahaan
(PKWU). Jadi, saya mengajar bahasa Jerman dan PKWU. Ya, untungnya ada pendekatan
personal dari Pihak sekolah, yang awalnya saya gak mau, akhirnya mau mencoba.
Bingung? Pasti. Setelah
melewati kebingungan agak panjang, saya kemudian baru sadar akan arti
“Sharing”. Hahaha, lha punya guru senior, buku pegangan, internet kok merasa sendiri.
Lagipula, banyak kok orang yang pernah mengalami hal tsb.
Kalau kamu adalah Guru baru
yang tiba-tiba disuruh mengajar mapel berbeda dan kamu menyanggupinya, maka
jalani saja, tapi jangan asal jalan looo. Hahahahah!
Jangan lupa baca Silabus,
RPP dan Buku pegangan yang disediakan. Jujur ni, saya merasa lucu. Kenapa?
Soalnya buat saya, prakarya itu bukan mapel favorit saya sejak SD. Hahaha,
namun masih ada embel-embel Kewirausahaan yang bikin saya semangat.
Ngobrol sama Guru senior
buat inspirasi dan sering cari informasi di Internet.
Percaya Diri dan yakin pasti
semua bisa dilalui dan ini gak selamanya.
Mari keluar dari Zona nyaman
dan cari alasan supaya bertahan.
Yaaaaa, gampang banget ya
nulisnya, tapi proses menuju nyaman ini loh yang berlika-liku. Saya sempat
stres dan pingin segera mengakhiri ini, tapi kemudian saya minta kesan dan
pesan peserta didik, ternyata mereka oke-oke saja. Saya berkeyakinan, pelajaran
PKWU ini sebenarnya menyenangkan dan bisa jadi hiburan di tengah padatnya
Sekolah. Sekolah yang pulangnya sore dan beban tugas yang lumayan menyita. PKWU
bisa dibuat jadi ajang penyegaran para Peserta Didik apalagi saya kan sukanya
seneng-seneng hahaha.
Hmm, lagi pula secara
formal, kayaknya pas mahasiswa pernah dapat mata kuliah ini juga deh. Nilainya
lumayan bisa membantu kenaikan Indeks Prestasi Komulatif (IPK). Jalani dulu dan
tetap do the best!
PKWU
penting?
Ini adalah salah satu cara
pemerintah Indonesia menghadapi bonus demografi pada 2020-2035 nanti yang
angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu, agar memaksimalkan SDA yang ada dan
muncul ide kreatif serta terbentuknya usaha mandiri, PKWU diharapkan bisa
menjadi bekal mereka. Ya intinya, tujuannya mempersiapkan manusia Indonesia
agar jadi pribadi mandiri, beriman, produktif,
kreatif, inovatif, afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernega dan peradaban dunia. ( Buku Guru Prakarya dan
Kewirausahaan, 04 : 2016).
PR jangka pendek sekarang
adalah terus berusaha suapaya Guru Prakarya bisa menjembatani tujuan kurikulum
tersebut. Yasudah, silahkan yang sedang cari referensi perangkat mengajar
prakarya dan kewirausahaan kelas X, cek ya di Sini.
0 Response to "Mengajar Mapel yang Bukan Jurusannya? "
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D