Ketika Orang Tua Meninggal, Bagaimana Menghadapinya?
Ketika kamu beranjak besar dan Orang Tuamu sudah tiada lagi, apa yang kamu
rasakan?
Rasanya luar biasa. Luar biasa yang bagaimana? Yang ketika saya tulis ternyata tidak ada habisnya, yang coba
saya jalani serasa jauh ujungnya. Tahun-tahun yang tidak terprediksi,
tahun-tahun yang terlewati kemarin
seperti menampar rencana-rencana dan tahun-tahun yang meski hebat, menyimpan
tangis terselubung.
Di umur
sekian, yang inginnya banyak membuktikan, yang maunya tidak terkira, yang
pinginnya selalu banyak cerita, harus mau menghadapi kenyataan. Kenyataan bahwa beginilah hidup, bahwa hidup itu penuh
liku-liku, liuk-liuk, datar, kelok, lurus, jauh, dekat, gampang, kurang
gampang.
Mana
pernah saya tahu, secepat ini ditinggal Ibu. Mana pernah saya sangka, 3 bulan
di Jerman bapak meninggal, mana bisa saya sangka, kakak saya pergi semuda itu. Owalah
hidup, hidup, kamu memang penuh misteri.
Tahun
2016 adalah tahun saya balik dari Jerman, puasa lagi di Indonesia bersama Ibu
dan lain-lain, lalu pada akhir ramadhan lalu, Ibu saya berdoa : Ya Allah terimakasih,
aku masih bertemu Ramdhan ini, semoga tahun depan aku masih diberi kesempatan.
Doanya sambil meneteskan air mata. Saya yang mendengar cepat-cepat berkomentar
: Yo mesti to mak (Yo pasti to Buk).
Belum
genap setahun di Rumah, Allah berkehendak untuk mengambil Ibu. Duh Gusti,
hambamu ini bisa apa? Hari ini (27/5) hari puasa pertama, puasa pertama tanpa
Ibu. Puasa pertama adik di Kota Lain, ahaha, anak itu makan apa tadi. Puasa
pertama yang mengingatkan saya, bahwa hidup itu ya
begini. Kadang bisa tertawa, kadang bisa menangis, kadang bisa bahagia,
kadang bisa sedih.
Sekarang
2017, bukan tahun pelampiasan tapi tahun pembuktian. Pembuktian kalau saya bisa
berjuang dengan doa-doa ibu, walaupun ketika pergi ke Sekolah saat ini, saya
tak bisa pamitan seperti dulu, minta sangu, minta makan. Hahaha!
Beberapa
hari setelah Ibu dikebumikan, saya mencari bacaan bagaimana menghadapi
kepergian. Saya sungkan cerita banyak-banyak ke Orang. Jika cerita, saya
usahakan ke Orang yang pernah mengalami ini. Saya takut
cerita ke Orang yang tidak ditinggal oleh kedua orang Tuanya, takut mereka
takut. Bahkan ke orang-orang terdekat.
Lalu, Bagaimana menghadapi kenyataan ditinggal mati kedua Orang Tua atau keluarga terdekat?
Kalau
saya sih, Þ menangis saja selagi masih bisa menangis. Tempatkan tangisan
di waktu dan wadah yang tepat. Bukan merana dan
meratapi, saya menangis hanya ingin
meluapkan banyak hal yang tidak tersampaikan lewat kata-kata, yang tidak
didengar manusia, yang tidak terbaca oleh mata, yang tidak tersentuh lewat
sentuhan. Ga usah malu, kalo ga kuat.
ÞBolehlah
kadang-kadang menulis lalu di bagi ke media, asal tidak semua dan terlalu
vulgar.
Haha! Saya menulis ini supaya jika suata saat ada orang yang mencari bacaan
mengenai bagaimana ditinggal mati kedua orang Tua, mereka menemukan ini. Lalu bisa
menemukan apa yang mereka sembunyikan hahahah (gayamu pit). Menulis itu bagi saya adalah cara
merefleksi diri hihi.
Jika
memang tidak bisa menangis,Þ berdoa banyak-banyak, minta dikuatkan Tuhan, karena doa
itu adalah media terbaik menyembuhkan diri. Tulisan ini juga bagian dari doa.
ÞKarena
hobi saya ngomong sendiri, saya sering kok ngomong dan ngobrol sendiri
(Jangan diartikan gila, lo) Apalagi kalau dikendaraan, pakai masker, ketutup
helm, atau lagi di Tempat sepi, atau saat sedang menunggu. Kalau njenengan gak suka monolog, ya dialog mawon.
ÞPerbanyak
aktivitas. Kalau memang gak nyaman aktivitas dengan banyak orang,
ya sendiri aja donk. Contoh, banyak olahraga, entah nyuci, nyapu, jalan, nge-gym. Kalau
saya kadang-kadang berenang. Dengan berenang, saya bisa nyelelep dan
bermain air sepuasnya, pernafasan lancar dan kepala jadi tenang. Kalau bisa,
jangan sering menyendiri di Kamar. Cari udara
segar, ngobrol bersama pasangan atau teman (terutama yang nyambung loh).
Banyak baca. Saya lebih suka baca sastra, karena
sastra itu jawaban kehidupan hyahaha. Buku lama saya baca, e-book dibaca lagi, sukanya baca buku Ahmad Tohari ya saya baca
itu, kalau suka yang lain ya baca yang lain. Kalau udah bosan sama bukunya, ya
cari cerpen aja. Saya sering mampir ke id.klipingsastra.com
dan sejenisnya. Kalu sukanya webtoon,
ya baca itu aja. Suka-suka!
ÞKalau sudah
bekerja, ya cintai pekerjaan, lakukan hal
menyenangkan dan target-taget, supaya kamu punya alasan untuk hidup dan alasan
kenapa harus bangun pagi. Dulu, sebelum Ibu saya meninggal, bulan
September 2016, saya pingin mendatangkan native
speaker Jerman ke Sekolah, tapi saya tunda. Seperti pembuktian buat emak,
di waktu yang tepat, akhirnya terlaksana bulan Maret 2017. Sebelumnya kalau ada
hal-hal yang luar biasa bagi saya, seharian saya bisa ngecuprus di Hadapan mak.
Sekarang? Saya alihkan ke hal lain.
Kalau
pekerjaan sedang menyebalkan? ÞCoba
bermain bersama anak-anak SMA atau anak lebih muda. Hahahah.
Bergaul dengan anak-anak lebih muda, mengajarkan bahwa hidup itu gokil dan
seru. Tapi, perlu ada batasan. Eh itu cara saya
lo ya.
Kalau
masih sekolah Ya, buatlah Sekolah itu jadi tempat yang
dirindukan. Hihi. Kalau masih kuliah? Ya sama. Berusahalah cintai apa
yang kamu jalani pokoknya. Ada banyak yang menyenangkan. Tapi Intinya,
jangan keblabasen melakukan sesuatu lo ya.
ÞKalau punya
adik? Ya adiknya dijailin hahahah, maksudnya ya diperhatikan,
usahakan sering diganggu eh maksudnya diajak ngobrol dan rembugan. Kalau punyanya kakak? Ya sama, ngobrol-ngobrol. ÞUsahakan hubungan
dengan saudara kandung itu harus akrab, harus! Masak sama teman bisa ga jaim,
sama saudara kandung sendiri kagol. Jangan ah... apalagi kalau
ortu sudah gak ada. Sering-sering tertawa aja bersama mereka, seperti saya dan
adik saya, Si Poki-Poki (wkwkwkwk, tenane).
ÞBergaul
dengan yang positif dan menghindari dengan sesuatu yang ga membuat nyaman diri.
Bergaul ya dengan mereka yang alim dan tidak menggurui dan tidak sok
menasihati. Menghindari yang ga nyaman? Contoh kalau
tiba-tiba ada yang tanya : Kapan nikah dan bla-bla, bilang aja ga suka
dan kalau kelewatan tunjukkan hal itu dengan jawaban elegan! Hehehe. Kalau ditanya tentang yang sedih-sedih dan ga nyaman, bilang
aja ga mau ngomongin itu. Kalau ngeyel? Mohon izin untuk pergi dan minta maaf.
ÞKalau punya
pasangan? Ya banyak rembugan aja dengannya. Makan bareng, ketawa
bareng, kerja bareng. Kita gak sendiri kok hihihihi.
ÞKurangi main
sosmed biar hidupnya produktif. (Eh, kamu ngeblog itu ga main sosmed
Pit?) hahah! Maksud saya, apa ya menghabiskan waktu dengan memandang smartphone
seharian. Udah, jalan sana. Ga harus jauh-jauh piknik ke Luar kota loh. Ke Pasar atau ke Sungai, ke Sawah, ke Salon,
ke Masjid, Ke Tempat Saudara, ke Tempat teman itu uda jalan-jalan.
ÞBerkumpul
dengan sahabatmu, orang-orang yang nyambung sama kamu. Quality time, gitu! Bukan dengan orang yang suka melampiaskan, tapi dengan mereka
yang bisa memagarimu dari kesia-siaan. Hwahahaha. Kumpul dengan
sahabat atau teman ga harus di Tempat makan, coba ke Rumahnya bertamu, kalau
akrab ya habiskan waktu di Kamarnya dan ngobrol gila dengannya. Ingat ya, yang
saya maksud ini jika kalian sejenis kelamin. Kalau teman beda kelamin? Ya
sewajarnya aja.
ÞBanyak berterimakasih
dan memohon maaf. Terimakasih, karena saya masih hidup,
diberi kepercayaan menjalani banyak hal dan memohon maaf karena banyak hal yang
telah diperbuat. Dari Guru kehidupan saya, katanya jangan malu mengaku salah dan
minta maaf di Hadapan Tuhan.
ÞBerdoa lagi,
berdoa terus, berdoa sebanyak mungkin. Lha itu metode terbaik sih. Mendoakan mereka
yang pergi, mendoakan diri sendiri, mendoakan orang lain.
ÞJangan menyalahkan
kehidupan, karena mungkin yang salah bukan hidup, tapi diri kita dalam
menjalani hidup. U.... ga usah sombong dan gausah malu
mengakui kalau kita ini Cuma butiran debu. Ditinggal orang tua we nangis kok,
hayo hehe. (ihihihi)
Ya udah segini dulu. Selamat berpuasa untuk semua, selamat
berbahagia dengan bapak ibunya. Semoga
ramadhan jadi tempat memperbaiki diri dan cara menjalani kehidupan.
Buat
Bapak Ibu, Kakak, Simbah, Sedulur, Keluarga, Konco, Guru yang sudah sedo,
semoga kalian bahagia di Sana.
Semoga lancar semua, rezeki, bisa buat melunasi hutang-hutang yang tertunda, dan semuaaaaa. AMIEN
Semoga lancar semua, rezeki, bisa buat melunasi hutang-hutang yang tertunda, dan semuaaaaa. AMIEN
Refleksi
#3
0 Response to "Ketika Orang Tua Meninggal, Bagaimana Menghadapinya?"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D