Pengalaman Kuliah Bahasa Jerman
Saya mau cerita apa adanya
dan ada apanya. ^__^
Tiga hari lalu, seorang anak kelas XII
berkomentar, bahwa tulisan saya di Blog sedikit agak berat buat dia. “Tulisan
yang mana?” tanya saya. Dia
bilang, tulisan tentang kuliah bahasa Jerman (klik).
Hmm, ternyata dia adalah anak yang katanya masih bingung dalam menentukan jurusan. Terus, dia mengajukan pertanyaan baru versi dia.
Hmm, ternyata dia adalah anak yang katanya masih bingung dalam menentukan jurusan. Terus, dia mengajukan pertanyaan baru versi dia.
Pameran bahasa Jerman |
Kenapa Frau Fitri
(saya) mengambil jurusan bahasa Jerman?
Saya pun bernostalgia dan
menceritakan alasan sederhana saya. Dulu waktu kelas X, saya dapat cerita turun
temurun dari kakak kelas, katanya bahasa Jerman itu susah dan gurunya agak “killer”
dan kalau kakak kelas ulangan nilainya 1,2 dan 3. Pada suatu hari, di Kelas
tiba-tiba ada ulangan bahasa Jerman mendadak + open book. Ketika dicocokkan dan nilai dimasukkan, ternyata saya
dapat nilai tertinggi, yaitu 8 dari 8 soal yang ada.
Betul semua men! (lha open
book sih, haha). Dari situ saya jatuh cinta dengan bahasa Jerman dan mulai
bermimpi untuk mengambil kuliah bahasa Jerman di UNY, ke Jerman dan jadi guru.
Alasan lugu!
Alasan itu bertahan sampai
saya kelas XII IPS. Saya pun memutuskan bahasa Jerman sebagai jurusan pilihan
pertama, kedua dan ketiga. Hihihi.
Waktu kuliah
gimana, Frau?
Saya kaget menyadari bahwa
saya hanyalah remahan, begitu kecil dan banyak kurangnya. Saya kaget melihat
teman-teman sekelas saya begitu luar biasa, sudah bisa ini itu, paham itu ini.
Sedangkan saya?
Bulan pertama, saya banyak
nangisnya karena merasa kerdil dan bodoh. Tapi, saya ketemu teman yang
mengajarkan saya banyak hal, walaupun
kami sempat ada konflik. Saya ketemu kelompok belajar dan saya mulai punya
panutan. Intinya, belajar dan belajar, nekat dan nekat, lalu semangat dan
berdoa, minta restu mami papi dan bu Guru.
Ya, lumayan, ada sedikit
peningkatan. Namun, walau begitu saya punya ketertarikan besar terhadap mata
pelajaran bicara, menulis dan sastra. Itu yang bikin saya semangat!
Terus Frau kuliah ngapain aja?
Jujur saya bingung mau jawab
apa. Waktu kuliah saya belajar di Kelas, hunting bule, ikut organisasi hima,
ikut bem, jadi reporter kampus, nyoba beasiswa ke Jerman (hampir lolos dan
nangis gara-gara gagal diseleksi terakhir), ikut banyak lomba (banyak nangisnya
juga, kecuali pas masuk 10 besar Nasional baca puisi), nyoba karya tulis
kelompok dan akhirnya berani sendiri, sering nonton pentas drama, puisi,
belajar jadi sutradara (heheheks), main drama waktu semester 5, ngidolain kakak
kelas yang hebat-hebat, ini itu, ngirit-irit, nyoba kerja, pokoknya nyoba yang
belum pernah dicoba.
waktu jadi reporter ngeliput acara jerman indonesia dan ketemu ma orang Jerman, lalu nyoba ngobrol |
Pokokke gak cuma seneng-seneng tog, ada duka tapi saya lupa dengan apa yang saya sebut duka nak (byahahah).
Terus bahasa Jermannya gimana?
Ya belajar di Kelas, pinjem
buku, baca buku, ngobrol ma kakak kelas, dengar saran mereka, lihat dosen ini
itu.
Meningkat, Frau?
Kalau dibanding SMA, iya
meningkat. Kalau dibanding yang lain? Hahah, jangan tanya itu please!
Biar bahasa Jerman meningkat?
Serius di Kelas aja gak
cukup, belajar sendiri, banyak praktek bahasa Jerman, banyak lihat film Jerman,
banyak latihan via internet, sering main sama yang hebat-hebat dan jangan cepat
puas. Kalau saya cenderung agak suka nulis, jadi waktu itu saya juga sering
baca karangan bahasa Jerman dan nulis-nulis sendiri. Beda-beda sih, tergantung individune. Seiring berjalannya waktu, saya jadi tahu mana yang asik buat saya.
Bahasa Jermannya gimana waktu kuliah?
Lumayan kalau dilihat dari
nilai sih, walaupun IPKnya biasa.
Setelah selesai kuliah, bahasa Jermannya gimana?
Waduh, kalo pas bagian
bicara jujur aja belepotan. Kalo nulis lumayan walau level -+ B1 (dilihat dari beberapa nilai). Ujian ZiDSnya
juga memuaskan sih. Tapi, intinya malu
lulusan bahasa Jerman kok ngomong bahasa Jermannya belepotan.
Terus Frau Ke Jerman, gara-gara itu?
Gak juga sih, kalau ke
Jerman udah pingin dari SMA, tapi gak tahu gimana caranya. Nah, waktu kuliah
dan hampir dapat beasiswa ke Jerman, mimpi ke Jerman makin gila dan akhirnya
lulus kuliah ke Sana deh.
Gimana perasaannya bisa ke Jerman?
Seneng, tapi waktu itu galau
soalnya LDR-an. Hahahah
Lalu muncul lagi pertanyaan dari dia.
Kalau aku masuk jurusan
bahasa Jerman gimana Frau?
(diam sejenak mengatur
nafas)
Kamu tanya kayak gitu ke
saya yang ga ngajar kamu dan yang ketemu kamu beberapa kali ini?
Intinya saya cuma bisa jawab : silahkan asalkan kamu sadar kamu mau masuk jurusan ini. Toh, mau kuliah jurusan
apapun atau gak kuliah, kehidupan setelah itu tetap kamu yang pegang kok.
Bla....bla..... (sedikit
saya edit, soalnya pakai bahasa Jawa aslinya)
Frau, saya galau.. kata dia lagi.
Ga papa. Kamu baca artikel
ini dulu lagi ya, soalnya yang saya mau omongin ada di Sini : Yakin mau kuliah bahasa Jerman? KLIK
Sekarang perasaan Frau gimana?
Bersyukur bisa jadi guru dan
ketemu kamu (hahaha). Tapi, masih merasa harus terus belajar. Masih tetap ada
langit di atas langit, sis!
Setelah agak panjang
mengobrol, kami berpisah dan beberapa hari kemudian (26.4) dia mengabarkan hasil
SNMPTN-nya. ^_____^
**Ditulis dengan perubahan
seperlunya!
Hai frau saya mau bertanya kuliah jurusan PB Jerman sesulit itukah? Saya lagi mau daftar SBMPTN ini bimbang mau ngambil PB Jerman atau tidak?
ReplyDeleteSebenarnya alasan saya tertarik jerman itu di Sma sudah ada terus saya suka aja memepelajari bahasanya, Alhamdulillah dikelas nilainya ya lumayan lah. Trus motivasi saya lagi yaitu karena pernah ketemu dan kenal sama mahasiswa UNY yg PPL disekolah aku dia bercerita tentang jerman dan dia juga baru pulang dari jerman. Fix mulai itu aku tambah tertarik sekali dengan jerman.
Tapi kenyataanya sepertinya sulit. Tapi ya ngga tau belom saya jalani
Hallo wulan, terima kasih. Sulit itu relatif ya, kalau kamu memang punya keinginan kuat, yakin setelah mengumpulkan data ya gak masalah.. tapi pertanyaannya, kamu tertarik negara Jerman atau kuliah PB Jerman?
ReplyDelete