GERAH dan PENGAP ; Curhat capeek ditanya NIKAH (HAHAH)
Awal-awal, sekali, dua kali,
tiga atau empat kali, semua terasa wajar. Lama kelamaan, pertanyaan dan
pernyataan semacam : Kapan nikah, nunggu apa lagi, tu si itu nikah kamu kapan,
nekat wae, dll terasa bagai bom.
Pertama seperti kembang api,
bagus dan Cuma sedikit percikan. Sayang, dibiarkan kok malah seperti mercon
rawit, terus kesini-sini kayak dilempari bom. Gak Cuma dilempar dari satu
orang, tapi banyak orang. Kadang, pingin mendebat, menjawab, tapi masih
ditahan-tahan, kadang masih sadar kalau apa lah Cuma gitu, wajarlah, mungkin
itu bentuk perhatian.
Lama-lama pendapat positif
itu luntur sendiri. Melihat mereka yang begitu, nyatanya tidak semuanya tulus. Saya
tahu, itu CUMA BASA-BASI dan saya pun menjawab BASA-BASI. Namun, maafkan saya,
pertanyaan dan pernyataan panjenengan
semua membuat risih, capai dan seperti hari ini, bikin mood yang ditata
baik-baik, hancur berkeping-keping. Hahaha!
BUkan hati panjenengan yang saya kunci, tapi..... |
Gerah, karena urusan dan
tujuan saya gak Cuma mendengar pertanyaan NIKAH-NIKAH-NIKAH. Beberapa orang
yang saya beri tahu, alhamdulillah bisa mengerti, namun kok yang tidak mau
mengerti melebihi ekspetasi. Saya sadar, gak semua orang harus tahu dan begitupun
saya, saya juga gak harus tahu urusan panjenengan.
Ada yang bermaksud baik, mau
mencarikan pendamping. Haduh, nasib dikira jomblo. Pak Bu terhormat, bukan
karena saya belum punya calon jadinya belum menikah di umur yang panjenengan
rasakan pantas menikah. Itu kan perasaan panjenengan, saya punya pikiran dan
langkah sendiri yang mungkin dianggap berbeda. Makanya, daripada ribut, yang
saya anggap beda itu saya simpan sendiri, bersama beberapa orang terkait.
Masak ya, calon harus saya
pamerkan di mana-mana. “Halo, saya udah pacaran loh sekian tahun, orangnya
ganteng, putih, tinggi, menawan, imut, tanggung jawab, mapan, sehat, lala lala, bla
bla hahahahah.” Lha saya itu siapa to? Cuma anak yatim piatu kok, yang kalau
menjawab ingin mandiri menikah malah panjenengan GEGUYU.
Gerah, panas, sumpek, capek.
Salah ya jadi orang? Dikit-dikit harus ini itu. Saya gak tahu harus jawab apa. Capek,
setiap hari ditanya dan udah dijawab, eh ditanya lagi. jangan
banding-bandingkah hidup saya dengan yang lain. Panjenengan yakin, yang nikah
buru-buru atau maaf maksudnya yang menikah lebih dulu tu bener? Atau sudah
menyenangkan hati para penonton? Cie cie cie.
Pak bu, kadang-kadang ada
orang yang udah kebal ditanya gitu. Ada yang risih dan capek karena sudah
pernah memberi jawaban. Ada yang akhirnya bisa tanpa beban melupakan. Nanti,
kalau ada yang bilang tersinggung, risih ditanya gitu, panjenengan gak terima,
dikira ga sopan (padahal?), nanti kalau yang digituin jawab ehh dimarahin,
tambah dijejalin dengan nasihat (gak tau tepat apa gak), eh ......
Ah, sudahlah apapun itu,
saya berdoa untuk saya dan pasangan, saat kami sudah menikah, sudah punya anak,
semakin tua, saya tidak akan meniru orang-orang kepo yang selalu memberi
pertanyaan sama, berharap tidak melayangkan pertanyaan tidak sopan, berharapa
bisa menghargai privasi orang, berharap tidak menjadi orang tua kolot, berharap
menjadi orang tua tulus dan tidak dibodohi orang lain, berharap bisa jadi
teladan orang lain minimal anak sendiri, berharap bisa memberikan kesempatan
orang lain untuk menjalani hidup dengan pilihannya.
Emakku di Sana, mak aku
sedih sekali mendengar perkataan macam itu berulang-ulang, aku capek mak.
HUAHUAHUAAAA!
0 Response to "GERAH dan PENGAP ; Curhat capeek ditanya NIKAH (HAHAH)"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D