Selangkah lagi Sinau yo Corner
Kala salju bertebaran,
udara dingin yang bikin kaki gemetaran, kami duduk tak jauh dari perapian. Dua cangkir
teh hitam terasa sedap dan hangat
mengalir di Kerongkongan. Sudah sejam kami bicara, tertawa dan merasa ada. Beberapa
menit kemudian, ia pamit mengambil beberapa gambar untuk ditunjukkan padaku.
Dari sanalah, di Rumah itu,
cara dan kisahnya menginspirasi asaku. Ia bahkan sempat berkata, agar ku tak
berlama-lama memendam mimpi itu. “Jalanmu terbuka, Fit.” Betapa saat itu kuingin
segera sampai di Tempat ini.
Kuingin mengabarimu,
kini rumahku jadi seperti apa yang kukatakan waktu itu. Yang kukira kamu akan
tertawa mendengar bahwa rumahku akan jadi tempat belajar dan ruang berkarya. Aku
tahu butuh waktu, tapi kini angin telah membawa kembali kata-kata itu. Perlahan
dan pasti, jiwa-jiwa itu bertamu dan memberi gairah baru.
Februari – kini adalah
waktu bagiku membuktikan kata-kata itu. Kamu tahu, saat kamu bilang bahwa aku
akan jadi seperti seorang yang siap setiap saat layaknya tenaga medis, atau kau
juga sempat bilang seperti Dokter, aku hanya tertawa. Sekarang, aku makin
tertawa ketika tiba-tiba kudapati pesan dari jiwa-jiwa itu, “Kami ke Rumah
sekarang ya bu” Atau tiba-tiba ada yang telah menunggu di Pendopo itu.
Aku ingin mengabarimu. Maukah
kau kini menengok rumahku di Sini? Seperti katamu dulu. Hihihi, atau kau cukup
senang melihat perkembangannya lewat pesan maya ini. Terimakasih ya, kamu!
Semoga terus dan terus
yaaaa. “Fitri, geht weiter... “ seperti pesanmu padaku lewat gambar-gambarmu.
Sinau yo Corner
Sinau yo Corner
0 Response to "Selangkah lagi Sinau yo Corner"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D