Bermain Ke Museum Ullen Sentalu : Labirin Yang Mempesona
Pembukaan
Mendaki Jalan Kaliurang,
sampai juga penulis di Sebuah Museum yang berada di Daerah Pakem (19/03). Ialah
dia Museum Ullen Sentalu. Ullen Sentalu sendiri punya
makna nyala dari sebuah lampu blencong menjadi petunjuk manusia dalam dan
meniti kehidupan. Ulating bLencong
SejatiNe Tataraning LUmaku merupakan kepanjangan dari nama museum itu.
Datang sebelum museum
buka, ternyata target penulis jadi pengunjung
pertama gagal. Pasalnya, sudah ada 11 orang yang duduk di Depan pintu
museum dan sebagian antri di Loket. Loketnya mungil terletak disamping kiri.
Tiket museum pada saat ini dibandrol Rp. 30.000 untuk pengunjung domestik
dewasa. Tiket seharga itu sudah termasuk parkir lo..
Belum sampai 10 menit
duduk, sudah ada rombongan anak-anak SD. Mereka juga akan masuk dan dibagi ke
Grup-grup kecil lagi. Nah, untuk yang pertama diizinkan masuk adalah kami yang
datang duluan. Penulis nyempil sendiri di antara 2 kelompok pelancong dari
Jakarta dan Semarang.
Dipandu
oleh Pemandu yang sudah terdidik, mbak Fivel, selama 50
menit kami diajak keliling museum, membuka cakrawala dan bolak-balik Solo
Yogya. Wah, jangan lupa pake baju dan sepatu yang nyaman ya.
Menembus Solo-Yogya
Sebelum perjalanan
menembus ruang dan waktu itu, kami mendapat arahan bahwa di Dalam Museum tidak
boleh sembarangan foto-foto. Hanya pada tempat tertentu saja kami dibolehkan.
Bisa dimaklumi, museum tersebut dikoleksi swasta, jadinya harus menghargai
privasi. Hmm, tapi dalam kelompok kami tetep ada yang ngeyel curi-curi tuh dan
berisik sampe menganggu kami yang sedang mendengar pemandu.
***Jadilah
pengunjung yang berbudaya, hargai orang lain dan peraturan.
Kami dibawa memasuki
sebuah Gua bernama Selogiri, yang batuannya bersumber dari Gunung Merapi. Akan dijelaskan
macam-macam tarian dan sedikit mengena gamelan, plus kehidupan bangsawan
dinasti Mataram. Diceritakan pula mengenai pangeran Hengki dan Bobi, hayo siapa
mereka?
Kami diajak bolak-balik
Solo Yogya di Sini, bagi penyuka sejarah, tempat ini cocok jadi referensi
belajar loh.
by Silvi,, di dekat pembelian souvenir |
Dari Gua kami diajak
masuk Gapuro Nogo Pertolo lalu dibawa ke Kampung Kambang. Nah, seingat saya di
Sinilah saya melihat tulisan-tulisan Putri Tieneke.
Putri yang patah hati, katanya. Putri ini gemar menulis dan sewaktu sedih ia
juga dikirimi puisi pelipur lara dari teman-temannya. Puisi dan tulisan
kabanyakan ditulis menggunakan bahasa Belanda. Santai aja, sudah ada
terjemahannya. Pada Zaman itu, bahasa Belanda memang digunakan para Bangsawan.
Dari banyak tulisan
yang ada, hanya sebait yang bisa penulis catat. Puisi itu
ditulis 10/06/1940 di Asrikanto.
Kau
tentu tahu bahwa dalam Kehidupan ini
Suka
duka silih berganti
Maka,
bersyukurlah dalam Hati
Puisi ini ditujukan
untuk seorang keponakan. Penulis kurang menandai, apa ini ditulis Putri Tineke
atau kerabatnya.
Setelah melihat Blog dari Putri Tineke, kami diajak ke
Ruang Batik. Akan dijelaskan mengenai jenis batik dan ragamnya. Ciri khas Batik
Yogyakarta dan Solo juga akan ditunjukkan loh. Setelah terkagum-kagum dengan
batik, kami di ajak ke Ruang yang khusus membahas seorang Putri Cantik, namanya
Gusti Nurul. Ruangan itu juga diresmikan sendiri loh oleh Gusti yang ayu alami
ini.
Menjaga stamina, kami dipersilahkan istirahat dan disuguhi jamu awet muda
(katanya). Seger dan maknyuslah, walaupun Cuma segelas cukuplah untuk
perjalanan lanjutan.
Kami memasukin ruang
kaca transparan yang berisikan patung-patung, akan terlihat patung Ganesha,
yang perutnya menyembul. Konon artinya perutnya itu berisi ilmu pengetahuan. Sesi
hampir berakhir, kami masuk ke Sasana Sekar Bawana, di mana orang-orang bisa
belajar mengenai pakaian pengantin khas Solo dan Yogya.
Mau foto-foto?
Di Sini lah kami bisa
berfoto. Ini merupakan cerita yang diambil dari Candi Borobudur. Itu sengaja
dibuat miring, karena prihatin dengan kondisi anak muda terhadap budaya saat
ini.
by silvi |
Oya, setelah 50 menit
berakhir, kami ga boleh masuk lagi. Perjalanan disudahi dengan apik,
terimakasih atas panduannya ya mbak Fivel!
Catatan :
Waktu 50 menit terasa
kurang.
Fokus terpecah antara
mendengar pemandu dan melihat koleksi.
Souvenirnya kemahalen,
harusnya disediakan souvenir murah meriah yaa, at least gantungan kunci lucu
mungil dan terjangkau, kartu pos :D
Restauran Baukenhof
belum buka heheheh (kepagian sih)
Keseluruhan, jika ambil
skala 1-10, saya kasih 9.
Terimakasih Mbak Silvi
(Pemandu Wisata Museum Ullen Sentalu) yang mau diajak foto-foto dan tak repoti
:D Cilpi Cilpi Cilpi
0 Response to "Bermain Ke Museum Ullen Sentalu : Labirin Yang Mempesona"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D