Hospizarbeit, Mendampingi Mereka Yang Pergi
Ada sebuah “pekerjaan” menarik di Jerman
yang bisa dibilang sukarela dan syaratnya sederhana, yaitu bersedia
mengunjungi dan mendampingi orang menuju kematian. Pekerjaan ini dikenal
dengan Hospizarbeit. Hospizarbeit terdiri
dari 2 kata, Hospiz dan arbeit
(pekerjaan).
Das
Hospiz
(Hospice; Inggris) sendiri dalam
bahasa Jerman berarti tempat yang dihuni menjelang mati atau saat sakit keras.
Jadi, diharapkan orang-orang yang menuju kematian ini bisa
mengehembuskan nafas terakhir dengan tenang di Tempat yang nyaman. Tempatnya
bisa berbeda, sesuai keinginan yang akan mengahadapi ajal dan persetujuan
anggota keluarga. Bisa di Rumahnya sendiri, rumah sakit dan di Panti yang khusus menyediakan Hospiszimmer. Zimmer : Kamar.
Pertama kali penulis
tahu istilah ini saat kerja sosial di Panti Jompo Ingelheim. Jadi, Panti Jompo
menyediakan kamar khusus yang disebut Hospizzimmer tadi dengan fasilitas
memadai. Kamarnya luas, perabotan lengkap, ada balkon dan tentu saja pelayanan
kesehatan yang memenuhi standar.
Bdw : Sekitar 1980an
Jerman mulai punya Hospizarbeiten. (dhpv.de)
Sederhananya
akan penulis sebut begini :
Ada Pendamping yang kerja di bagian Hospizarbeit
Ada yang objek yang didampingi (biasanya orang
yang akan mati dan yang sakit parah)
Para pendamping ini menawarkan “program” untuk obyek supaya tenang, memenuhi atau mengusahakan harapan terakhir mereka, mendengar keluh kesah, mendamaikan atau menenangkan kegusaran, dan membimbing untuk memohon pada yang kuasa.
Obyek yang didampingi beragam, tidak dibatasi umur, penyakit,
agama dan jenis kelamin. Yang penulis liat sampai hari ini sih para lansia yang
sakit parah, tapi pernah juga diceritai, obyek pelaku adalah muda. Anak muda
ini kecelakaan dan sempat koma, menjelang kematian dia sedih, soalnya
temen-temennya gak pada jenguk, ya terus dia dan keluarganya minta pendampingan
dari Hospizarbeit supaya punya teman cerita dan gak merasa kesepian.
Contoh harapan terakhir
unik : Ada yang minta minum bier tiap malam
Tugas Pendamping Hospizarbeit selain itu?
Tidak Cuma itu yang
ditawarkan orang-orang yang bekerja di bidang Hospiz Mereka juga mendampingi
anggota keluarga yang ditinggalkan. Pendamping akan jadi tempat curhat, menguatkan
hati dan kadang juga menemani jika ziarah ke Pemakaman.
Kriteria
Pendamping di Hospizarbeit Apa?
Sederhana sekali,
paling penting mereka punya waktu untuk menolong, mau mendengar, mau menjenguk,
menemani orang sakit/yang akan mati, bisa santai dan tenang, mau ngobrol,
kondisi emosinya stabil, mau menyemangati dan menurut penulis pengetahuannya
juga seharusnya luas.
Apakah
Dibayar?
Dari hasil wawancara,
baca website Hospiz-Ingelheim dan beberapa website lain, “pekerjaan” ini didanai
oleh Pemerintah setempat. Ya, intinya tidak memungut biaya pada obyek yang
didampingi.
Hasil
Pengamatan Hospizsimmer di Panti Jompo
Yang penulis lihat dan dengar di Panti Jompo Jerman, para lansia
yang pernah ada di Hospizzimmer ini, sudah punya tanda-tanda medis akan mati. Mereka
masih sadar tapi kondisi badan sudah lemah. Banyak kejadian sedih dan lucu. Tidak
setiap saat didampingi anggota keluarga, maksudnya tidak setiap hari atau
seharian seperti di Indonesia. Seminggu mungkin dijenguk keluarga beberapa kali
saja. Nah, para pendamping ini rutin sih datang tapi Cuma satu sampai dua jam
tog.
Obyek yang didampingi
ini tiap hari dapat makan, obat, dan dijaga kebersihannya, jadi tiap hari di”sibeni”
atau diraupi atau sejenis dimandikan tapi di atas kasur gitu. Ya, seperti
tujuan di atas yang penulis sebut, diharapkan mereka bisa tenang dan nyaman
menghembuskan nafas terakhir.
Hmmm,
kadang kalo mereka lagi gak dikunjungi siapapun, ya mereka sendirian di Kamar,
denger radio, nonton tivi atau kalo masih kuat baca buku ya mereka baca buku. Sempat,
ada rasa miris ketika lansia gak ditemani di saat-saat kayak gitu. Tadi
(26/11/15) waktu kolega penulis nganter jatah makan buat para obyek pelaku ini,
si lansia bilang, pengen banged pas natalan bisa di Rumahnya lagi minimal
sehari aja, tapi dia ragu gitu anaknya mau gak.
Ada yang nangis karena
tiba-tiba kangen anaknya dan saat itu juga pengen ketemu, tapi gak bisa karena
anaknya masih kerja. Ada juga yang legowo mau mati, ngerasa seneng sebelum “pergi”
dapat pelayanan terbaik.
Dulu pernah
penulis mbatin, kok anggota keluarganya gak ngurus sendiri sih, hmmm banyak
sekali alasannya. Yang paling mendasar kata kolega penulis, anggota keluarga
pengen yang terbaik buat si obyek pelaku n ditangani secara profesional. Banyak
di antara mereka bingung gimana cara melepas dan mendampingi orang yang akan
mati.
Kesimpulan
Pribadi Buat Mereka Yang Kerja di Hospizarbeit
Mereka yang menyisihkan
waktu untuk mendampingi orang-orang yang akan mati, walaupun bukan keluarganya
itu luar biasa. Kalo penulis para Pendamping yang datang, mereka ini orangnya
sabar dan bijaksana gitu deh.
Sumber lain : Google , Hospizgruppe
Ingelheim, interview kolega.
Unik ya pekerjaannya :-D
ReplyDeleteIyehhhh om... :D
Deleteaduhh salut banget buat para relawan yang mau menjadi Hospizarbeit, walaupun didanai ama pemerintah, tapi sepertinya itu tugas yang berat dan jasanya ga bisa dibayar dengan apapun kecuali pahala.. salut2.. :)
ReplyDeleteIyaaa hebat yaaa mau mluangkan waktu u org lain
Delete:D salam kenal Aiy