Mencari JawabanMu di VHS Bingen
Mana pernah
aku bayangkan kalo sepulang dari kursus ada mobil yang menumpangiku. Bukan
karena aku hitchiking atau karena jalan kaki (lagi) seperti dulu di Ingelheim : Dari Jalan Ingelheim , yang ini sudah direncanakan dulu beberapa menit sebelum kelas selesai.
Lha mana aku
juga tahu, kalo guru kelas bahasa Jerman di Volkhochschule (VHS) Bingen itu
asalnya juga dari Ingelheim dan tinggal tak jauh dari tempatku bernaung. Jadi
begini, hari ini (07/09) adalah hari pertama lesku di Sana. Belum kenal medan,
datang kurang awal, membuatku gelagapan sendiri. Dari kemarin aku selalu
membantin, “Ah tempatnya gampang, pokoknya dekat Gereja, tinggal cari gereja
pasti ketemu.” Nah, salah siapa kalo akhirnya hari pertama ini aku harus jalan
muter-muter dari Stasiun Bingen ke Ruang kelas Deutsch C1 itu.
Sampai di
Ruang kelas, sudah ada 5 orang, yang setelah perkenalan baru aku tahu kalo
mereka ini sebelumnya sudah les di VHS Bingen. Jadilah aku benar-benar jadi
anak yang paling baru. Masuk kelas, aku menggeh-menggeh dan memilih tempat
duduk dekat anak Iran. Yang penting duduk dulu, sementara aku acuhkan pandangan
mereka yang nggumun melihatku. Biasalah orang cantik diliatin. “Jilbab warna-warni,
kulit item, suaranya ngebas, telat, senyum-senyum sendiri, heh kamu anak apa?”
kubaca pikiran pemuda dari Arab di depanku. Belum ngomong apa-apa, fantasiku
sudah kemana-mana.
Guru kelasku
orang Jerman asli, kenapa kubilang begitu? Karena guru-guru di Volkhochsule itu bermacam-macam. Ada
yang dilahirkan di Jerman tapi orang tuanya bukan Jerman, ada yang orang
campuran karena orang tuanya kombinasi, ada yang orang luar Jerman tapi
menguasai bahasa Jerman. Boleh lah aku ambil contoh, seniorku dari UNY, dia
master di Jerman dan sekarang ngajar bahasa Jerman di Jerman.
Dia membaca
formulir pendaftaranku dan bertanya apa betul aku tinggal di Ingelheim. Wajah
ibu Schwab ramah dan suaranya renyah, hilang sudah bayangan menyeramkan tentang
siapa pengajarku. Ia pun tersenyum dan tanpa tedeng aling-aling, kalo kami
bertetangga. Belum konsentrasi penuh karena lari-lari tadi aku Cuma bisa
tersenyum lagi. Ia pun menanyaiku macam-macam.
Kelas pun
dimulai. Jumlah murid Cuma 8. Mereka itu statusnya ada yang Insinyur, mahasiswa
biologi, tekniker, mahasiswa kedokteran dan calon mahasiswa kedokteran. “Eh
kalian ngapain les mas mba bu? Anda sudah luar biasa.” Dari perkenalan di awal
tadi, kusimpulkan sendiri, les ini jadi bukti persyaratan ketika mereka mau
kerja lanjutan.
Semuanya
menarik. Tapi, yang paling kusoroti adalah seorang dari Siria. Ia tadi
dipancing cerita oleh guru, mengenai asal-usulnya. Jadi, dia itu biologiawan di
Aleppo sana. Sudah sarjana di Sana. Dia pindah ke Jerman beberapa tahun lalu gara-gara
konflik di Negaranya. Sekarang dia kuliah di Uni Mainz. Keluarganya tidak mau
diboyong ke Jerman, kini tinggal di sebuah kota yang jaraknya 700 Km dar Turki.
Kalo menuju ke Sana, katanya harus naik bis, naik kapal dan jalan kaki. Katanya
mas Ahmad, itu untuk menghindari wilayah yang dikuasai ISIS. Ya Allah Ya
Robby... aku jadi ingat beberapa hari lalu cerita dari Kolega asal Siria juga,
Sami namanya, bilang kalo pamannya baru saja meninggal karena serangan roket
yang menjatuhi rumahnya. Di Luar jangkauan bayanganku. Ya Allah....
Hari pertama
les tadi, kami tidak langsung digembleng materi. Kami tadi diukur kemampuannya. Melihat orang-orang di
Kelasku, aku jadi grogi. Pokoknya sebelum di Kelas, aku harus udah menguasai materi!
Sepertinya kelas ini memiliki kekuatan tersendiri. Entahlah, baru hari pertama.
Ragaku tadi seperti diawang-awang, ada tapi melayang-layang.
Kelas bubar,
Bu Schwab menawarkan tumpangan. Dia dijemput suaminya dan akan mengantarku
sampai depan halaman. Awalnya aku tak mau langsung pulang, tapi mau ke Rumah
Mirjam, kolega kerjaku. Hmm, setelah kupikir lagi aku pulang aja langsung,
lumayan ngirit ongkos kereta. Allah seperti menunjukkan jalan bagaimana aku
bisa menghemat uang minggu ini. Mirjam pun mengiyakan saja, kami spontan saja
merencanakan.”Besok lagian kita juga ketemu.” Tulisnya.
Sampai di
Rumah, aku masih terheran-heran sendiri, sesuatu telah Kau atur dibalik ini
semua. Aku Cuma perlu mencari jawabannya. Seperti dulu, saat ku mendaftar diri
les bahasa di Ingelheim. Aku heran sendiri, ternyata di dekat tempat lesku
Ingelheim, di Situ pulalah tempatku bekerja sekarang ini.
fit....kita dulu pon pergi kelas dengan frau schwab... frau schwab baik sangat.... seronok baca pengalaman fit dtg ke bingen sorang2...:D looking forward to meet u, dear...
ReplyDelete