Adakah Harapan dalam Kepayahan? #1
Bumi itu luas, tak
terbantahkan lagi bukan. Di Segala penjuru ada bermacam-macam hal yang
bersamaan sedang terjadi. Beberapa hari lalu misal, aku sedang menyembunyikan
diri di Ruang komputer hanya untuk membaca artikel lewat sambungan internet. Lagi khusyuk-khusyuknya, kolegaku membuka pintu. Ia menanyai apa yang tengah aku lakukan. Tidak apa memang, namun kemudian aku termenung setelah
kejadian itu.
http://www.tagesschau.de/multimedia/bilder/fluechtlinge332~_v-videowebl.jpg |
Kolegaku itu asal
Siria, kebetulah dia berasal dari Damaskus. Siria makin mencekam, banyak
warganya kemudian mengungsi ke Negara lain, Jerman salah satunya. Saat itu, ku
sempatkan bertanya mengenai kabar keluarganya. Ia bilang, kemungkinan besar keluarga
besarnya susah meninggalkan Siria. Yang pasti datang ialah Tunangannya. Cie
kataku menambahi. Kusoal lagi, bagaimana kondisi di Sana, apakah separah Aleppo?
Ia lantas bercerita, Damaskus belum sepenuhnya rusak Cuma saja pamannya
beberapa waktu lalu meninggal di Dalam rumah karena serangan roket.
Mendengarnya aku
begidik sendiri, bingung merespon apa. Tak
berapa lama, obrolan kami berhenti. Saat itu juga hati kecilku berkata : Pit,
di saat kamu bersembunyi di Sini karena ingin baca artikel, di Belahan bumi
lain ada orang-orang yang sedang bersembunyi dari serangan bom dan roket. Mereka
sembunyi untuk melanjutkan hidupnya. Di tengah carut-marutnya keadaan, mereka
masih punya harapan untuk hidup. Anak-anak kecil itu, tak bisa kubayangkan apa
yang ada di Pikiran mereka. Bersama ayah atau ibunya dengan membawa
perlengkapan seadanya, mereka diajak mencari tanah yang memberi rasa aman. Mana
mereka kepikiran Sekolah kalau sekolah-sekolah di Sana hancur porak-poranda.
Jalan menuju ke Tanah
harapan pun tak semulus jalan tol. Di kolom-kolom Internasional mengabarkan
bahwa bahaya mengintai mereka. Ada yang kemudian terpisah dari keluarganya, ada
yang tenggelam di Laut, ada yang mati di dalam Kontainer, ada yang
teratung-katung, ada yang di tahan di Hongaria, ada yang ditolak, ada yang
dicemooh, ada yang sampai tak bawa apa-apa.
Kata seorang dari
Aleppo, keluarganya akan mengungsi ke
Turki sana. Naek bis ber jam jam, melewati penjagaan ketat, memberi upeti,
berdoa supaya selamat. “Kalo sudah bisa sampai Lebanon saja, artinya mereka
selamat.” Belum selesai perjalanan mereka kalo belum menumpang kapal lagi
bermenit-menit dan berjalan ke Ruang penuh impian yang baru.
Aku sendiri juga ikut
bingung, apa benar Negara Timur Tengah yang kaya raya dan masih serumpun bahasa
itu menolak orang-orang yang terpaksa terbuang dari Negaranya? Ah, mungkin itu
berita bohong yang sengaja dipelintir golongan tertentu. Tapi kalau bohong, mengapa
makin banyak yang datang ke Jerman, Perancis, Swedia,Austria, Turki, dll?
Gelombang pengungsi menggulung
Eropa, menggambarkan akan ganasnya pertikaian. Cuma manusia yang bisa begini.
Makanya, Pramoedya pernah bilang pengetahuan tentang manusia tak bisa kemput.
Ulah beberapa manusia saja, kalo mereka ini sudah ahli dalam perbiangkerokan,
gila kekuasaan, mengusir penduduk senegara dalam semalam pun tak jadi soal.
Mereka yang datang ke
Jerman, jalan kaki ke Austria, yang terombang-ambing di Lautan boleh jadi satu
panutan. Serusak-rusaknya hidup di Kampung halaman sana, toh mereka masih punya
harapan. Aku ingat kata Pramoedya lagi kalau hidup tanpa harapan adalah hidup
yang kosong. Tidak mudah ternyata jadi manusia sempurna, makanya Cuma Rasulullah
yang bisa pada tingkatan itu. Lha ya, susah juga menerima kenyataan bahwa hidup
harus saling tolong menolong. Yang ditolong banyak, yang mau dan sudi menolong
itu yang sedang dicari.
Dilempar sana-sini, ditahan,
dibiarkan kelaparan. Katanya, kita ini bersaudara? Ah kata siapa, emang kamu
siapa? Kamu bisa apa? Lagi-lagi, aku terpental sendiri dengan pertanyaan bisa
apa. Aku ini siapa? Bisa apa?
“Selama penderitaan
datang dari manusia, bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh
manusia.” Tulis Pramoedya mengingatkanku.
Doa adalah kekuatan
jiwa.....
Didedikasikan bagi mereka yang tengah berjuang.
0 Response to "Adakah Harapan dalam Kepayahan? #1"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D