Nebeng-Hitchhiking-Trampen
Tadi sewaktu nunggu bus
di Mainz-Finthen ((15/1), ada tiga orang yang menyodorkan jempolnya kesetiap
mobil yang lewat. Tujuannya supaya
dikasi tumpangan. Ditunggu-tunggu, gak ada mobil yang berhenti untuk ngangkut
mereka. Lalu... mereka pun menyerah dan akhirnya naik bus bareng penulis.
Cara mereka itu biasa
disebut Hitchiking (English) atau Trampen (Germany), secara harfiah
artinya NEBENG atau NUMPANG gratisan.
Ciri umumnya pake bahasa isyarat JEMPOL tangan. JEMPOL tangannya disodorkan dan seakan bilang
:
“Misi..misi mau
numpang, boleh?”
Di dalam bus, penulis
mikir dan menyimpulkan sendiri kenapa gak ada mobil yang memberi tumpangan.
Kayaknya ni, tempat mereka nyetop mobil kurang strategis. Ya, lokasi mereka
berdiri tepat di Halte pemberhentian bus dan 30 meter dari lampu merah plus
perempatan.
Asumsi penulis
mengatakan bahwa pengendara mobil dari jauh mengira mereka bertiga mau naik bis.
Jika seandainya mobil berhenti di situ, malah mengganggu. Soalnya itu kan halte
bis. Belum lagi, tujuan pengendara bisa aja gak searah. Lha wong beberapa mobil
ada yang belok ke kanan, bukan lurus terus kayak mereka bertiga.
Ingatan penulis pun
melayang lagi.......
2014 adalah tahun pertama
penulis melakukan aksi HITCHHIKING.
Awalnya
penulis gak berani ngelakuin hal tsb. Sampailah pada suatu ketika, di malam
hari sepulang les penulis kepepet harus jalan 6 km. Di tengah perjalanan
tiba-tiba ada mobil berhenti dan pengendaranya menawari penulis naik.
(Ingelheim-Wackernheim, Juli 2014). Ibu-ibu itu ternyata rumahnya
gak jauh dari tempat penulis tinggal.
Ini kebalik ya malah, bukan mencari tumpangan tapi
ditawari tumpangan.
Kejadian ditawari
tumpangan itu berulang terus. Sampai-sampai salah satu pemberi tumpangannya itu
jadi kenalan baik penulis. Namanya mbak Katharina, sekarang domisili di Berlin.
Pengalaman diberi
tumpangan oleh ibu-ibu, membuat penulis mulai coba-coba jadi Hitchhiker atau Tramper.
Dengan segenap keberanian,
mulailah penulis memasang pose untuk nebeng.
Itu juga waktu pulang
les. Penulis berdiri di tempat yang terang, bisa dilihat. Menit-menit awal
gagal. Mungkin pengendaranya gak mau beresiko juga si ngasi tebengan. Penulis
pernah baca, kayaknya resiko ngasi tumpangan lebih besar dari nyari tumpangan.
Sapa tahu yang dikasih tumpangan tu sedang menjalankan modus ngerampok. Bahaya
kan!
Modal sukses nebeng
menebengi tu kayaknya terletak pada perasaan. Apa kata hati? Bagaimana insting
menebak? Coba dibayangkan, kalo ada dua orang mau nebeng. Orang pertama mabuk,
baju sobek-sobek, bawa botol alkohol
lalu orang kedua bawa peta dan ransel. Pilih mana untuk diangkut?
Naaaaaaah...
Gak dapet-dapet
tumpangan membuat penulis semakin memfokuskan diri dan yakin bahwa dari sekian
mobil pasti ada satu yang bakal berhenti.
Taraaaa......
Seorang bapak-bapak, kayaknya
pekerja kantoran.
Penulis sok-sokan nih
jadinya, jadi nebeng sering-sering hahahaha.
Beruntungnya,
cara begituan (HITCHHIKING, red)
termasuk LEGAL di Jerman. Gak semua negara lo, beberapa negara seperti
Australia, Kanada (sebagian legal-sebagian ga), Italien (kalo pake jempol
ILEGAL, kalo nyapa/ngomong LEGAL), Singapur, ....... (penulis gak tahu lagi) http://wikitravel.org/de/Trampen.
Terimakasih,
para pemberi tebengan yang entah kapan ketemu lagi. Ibu-Bapak-Mas dan Mbak!
Semoga sukses looooh ya! Amien.
Banyak si keuntungan
nebeng : Paling utama tu ya GRATIS, pengalaman
unik, bisa ngobrol, tambah wawasan, tambah kenalan sapa tahu bisa jadi sodara.
Kekurangannya : Bahaya kalo terjadi yang gak-gak.
Pengalaman nebeng dan
ditebengi menjadi sesuatu yang menantang dan asik untuk dikenang. Mereka orang
yang pikirannya positif hehehe. Ibu-ibu itu, bapak-bapak itu, mbak-mbak dan
mas-mas itu.... kalian mengisi lembaran kenanganku woahahahah.
Yang lucu dan
waaw :
ditawari tumpangan oleh mba Katharina, hari itu dia
ketemuan sama bapak ibunya yang lagi liburan, dia kebetulan baru aja dipindah
tugaskan di Mainz, doi pernah liburan di Indonesia. Sempet bolak-balik buat
mastiin kalo penulis tu bener-bener jalan kaki ke arah Wackernheim. Setelah kejadian itu, kami sempet main bareng di Mainz
dan jalan-jalan hehehe.
Pengalaman lucu lain : Waktu itu sama mbak Vida. Kami di Heidelberg, di salah satu
desa yang jalannya nanjak. Bis yang kami naikin gak membawa ke TKP yang dituju.
Kami turun di tempat yang sunyi. Kami dikejar waktu, soalnya mbak Vida ditunggu
untuk wawancara. Mau jalan kaki? Takut malah nyasar. Mau naik bis lain? Datangnya
1 jam kemudian. Nekatlah penulis memaksa mba Vida untuk nebeng. Waaaw, gilak
bermenit-menit gak ada yang SUDI numpangin. Sampe akhirnyaaaaaaaaa, sepasang
suami Istri (Jerman-China) menumpangi kami. Lucuk pokonya, NICE!
aku n mba vida |
Pengalaman
sedih : Penulis dan kiki salah naik bis. Kiki diburu waktu juga. Kami turun di
Daerah yang kayaknya jauh dari pusat kota. Pilihan yang harus dipilih adalah
nebeng. Huuiiiiiih, alhamdulillah sih ada yang nebengin. Seorang mbak asal
Turki. Mbak itu tanya, “Ngapain tadi kayak gitu? Tau gak itu bahaya! Jangan
diulangi lagi!”
Gara-gara dimarahin
mbak itu, penulis sampai sekarang selalu mengurungkan niat untuk SENGAJA
nebeng. Hmmm, walaupun walaupun HITCHHIKING
itu legal kok di Jerman.
Para
Bacpakacker juga banyak yang ngelakuin itu loooh.
Di
Indonesia juga ada komunitasnya.
Aman tp hrs bnr2 milih, malah Indonesien pny komunitasnyaaaa tak...
ReplyDeleteHalo Mbak Fitri, salam kenal. Saya sampai di blog ini juga karena kepo atas komentar Mbak di blog orang bahwa Mbak pernah hitch hiking hehe..
ReplyDeletePernah hitch hiking di Indonesia nggak Mbak? Aku kok ya masih ngeri aja gitu hehe
Halloooooo (aku manggilnya siapa ni? )
DeleteAku blm pernah nyoba di Indonesia , br pernah di Sini itupun awalnya kepepet og heheheh
Pertama degdegan
Trs ktagihan hahah hbs itu gak lagi hehehehe
Duuuh ternyata mba yg satu ini sudah lebih berpengalaman ttg hitchhike hhee
ReplyDeleteBelum hahahah. Masih amatir.... Hahah
Delete