Ia yang lahir dari yang terbuang
Setrika ini ane dapet satu paket
dengan kekonyolannya. Semua berawal bulan lalu. Waktu itu ane kepepet
membutuhkan setrika untuk menyetrika baju-baju yang akan ane bawa seminar 5
hari lamanya. Sebelumnya, ane jarang nyetrika semenjak ketularan kebiasaan
mantan keluarga angkat di Berlin.
Maka, setelah mengumpulakan
keberanian akhirnya ane memutuskan untuk mengetuk pintu rumah tetangga ane.
Sebutlah namanya bu Kapit. Oya, bukan
mengetuk tapi memencet bel rumahnya. “Teeeeeeeeet.”
Saat itu pukul 08.00 hari Senin.
Ane menyatakan diri untuk meminjam setrikanya selama 2 Jam. Ane pun
ditanggapinya dengan positif. Tapi, ane gak dipinjemi setrika melainkan dikasih
tahu kalo barusan bu Kapit ngeliat setrika yang masih layak pakai di Tong sampah
belakang kompleks tinggal kami.
“Nak, kalau butuh setrika untuk
jangka panjang, apa nak mau setrika yang ada di Tong sampah itu?” Ane malah
seneng mendapat kabar itu, karena artinya ane gak perlu beli ato nagih
Heimleitung. Hahahahah.
Lalu berangkatlah ane bersama bu
Kapit yangg ternyata sedang dikunjungi tetangga lain itu. Ane Cuma senyum-senyum.
Bu Kapit mengambil alat untuk meraih kantong plastik warna hijau yang sepertinya
baru saja dibuang.
Bu Kapit yang asal Poland dan
bersuamikan orang Jerman itu bercerita bahwa sebelum ane dateng, ia hendak
membuang sampah di Box sampah khusus Restmull.
Jadi, di Jerman tempat sampah itu di pisah-pisah. Ada yang khusus plastik,
khusus kertas, khusus plastik, khusus bio (sayur, buah, dan sejenisnya) dan
yang terakhir tempat sampah untuk yang bukan plastik, papier, buah, dll. Sampah
sisa. Hahahahha. Bu Kapit bilang, ia terbelalak melihat bungkusan yang berisi
setrika yang sepertinya masih layak pakai.
Setelah berhasil meraih kantong,
bu Kapit mengajak ane menjajal setrika di Rumahnya. Alhamdulillah, masih
befungsi. Segeralah ane mengucapkan terimakasih sembari tertawa ngakak. Bu Kapit
bilang, gapapa dari tempat sampah yang penting masih berfungsi. Bu Kapit juga
menambahkan, banyak barang yang masih bagus dibuang oleh pemiliknya di Tempat
sampah. Ane menimpali, “Tolong kasih tahu saya ya bu kalo nemu barang bagus!”
Percakapan pagi itu kami tutup dengan tawa renyah serenyah kerupuk udang.
0 Response to "Ia yang lahir dari yang terbuang"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D