Dari Jalan Ingelheim
Malam itu sudah agak gelap, sekitar pukul 21.30. Matahari
sudah condong kebarat sejak sejam lalu. Hari itu seperti jam 17.00 waktu
Indonesia. Di Jalan dan sendirian. Saat itu bulan menyambut ramadhan dan piala
dunia.
Kakiku melangkah santai, perutku menahan lapar dan mulutku
berdendang kecil . Setidaknya malam itu aku telah berjalan lebih dari 3 km.
Kupetik buah-buah kecil di kebun-kebun dekat jalan raya. Kirsche. Sekedar untuk pelepas lelah.
Lalu lalang mobil terus saja melaju. Aku yang baru saja
selesai kursus bahasa di Ingelheim ingin segera sampai di Rumah. Ah, masih 2 km
lagi. Pikirku menenangkan.
Mobil terus melaju dari penjuru
arah. Aku segera menepi lagi ke arah kiri kembali menghindari kendaraan yang
kencang dari arah berlawanan. Aku takut sendirian, jalanan dari Ingelheim ke
Wackernheim besar dan pencahayaannya kurang.
Entah pada menit keberapa, aku
lupa, tiba-tiba ada sebuah mobil menghampiriku. Kupikir, ada orang yang ingin
menanyakan alamat. Dibukalah kaca mobilnya, seorang perempuan muda melongok dan
menawarkan tumpangan padaku.
Ini kesekian kalinya aku ditawari
tumpangan. Semuanya wanita, baru yang keberapa kalinya seorang bapak asal Timur
Tengah. Sebenarnya ini berbahaya, katanya. Namun, tak semua membahayakan. Aku
rasa ini pertolongan Tuhan.
Aku duduk di kursi depan,
mengobrol sebentar dan mengucapkan terimakasih kepada mereka yang memberiku
tumpangan dan mengantarku sampai ke dekat Rumah.
Ini namanya Mbak Kath, umurnya
lebih tua dariku, pekerjaannya unik, dibagian listrik atau sejenisnya. Dia
bilang, dia kasihan melihatku berjalan. Ia sudah 2 kali bolak-balik untuk
memastikan diriku memang menuju ke arah Wackernheim
Sampai akhirnya dia mendekatiku
dan bertanya, “Apa Anda ke Arah kota?” Aku pun mengiyakan, tak banyak pikir aku
pun menumpang. Hampir sampai di dekat rumah, dia tanya aku asli mana, aku jawab
Indonesia. Ia kaget dan senang. Ternyata, 2 bulan lalu ia baru saja liburan di
Indonesia. Sempat ke Jakarta, Bali, Yogyakarta dan Surabaya.
Oh, ternyata kami sudah sampai di tempat tujuan. Aku pun
berterimakasih. Di Mobil tadi, dia bilang baru pindah tugas di Mainz. Aku kira,
ini kesempatan baik untuk meminta kontaknya. Kami pun bertukar nomor.
Di hari berikutnya, kami janjian
berkeliling di Kota Mainz dan ngobrol-ngobrol. Waktu kami habis saat tiba di
Dom. Ia bilang, senang sekali bisa ketemu orang Indonesia. Sempat ia memuji,
dia suka tempe dan kecap Indonesia. Ia berjanji mengundangku kemudian hari.
Ia kini tinggal di Berlin, aku
ditawari untuk mengunjunginya. Ohohohoh, berawal dari Jalan. Semua pasti ada
hikmahnya.
Aku sengaja pulang berjalan kaki,
selain irit aku merasa puas menikamati sunyinya malam. Aku pusing dan bosan
naek kendaraan umum saat itu. Aku Cuma ingin melakukan apa yang ingin
kulakukan. Biarlah... Hahahahahah
Fakta
menyenangkan :
1. Itu
cerita ane yang pingin ane ceritain sejak kejadian, tapi baru nemu cara cerita
yang oke ni hahahahhaha.
2. Kejadian
bermula semenjak ane les di Ingelheim, yang jaraknya 5 km dari Wackernheim,
tempat ane tinggal dulu.
3. Ingelheim
bisa ditempuh 9 menit naek bis. Sayang, bis terakhir adanya Cuma mpe jam 8.
Padahal les ane selesai jam 9.
4. Kenapa
di Ingelheim? Murah hahahah dan waktunya pas banged.
5. Les
di Ingelheim, akhirnya membuat ane menemukan tempat FSJ ane sekarang. Soalnya,
waktu itu temen les ane ada yang tugasnya suruh jenguk seseorang di Altesheim
tsb, ane ikut dan entah kenapa akhirnya ane sekarang FSJ di situ.
6. Temen
pertama ane di Ingelheim yaitu temen les ane, masih muda juga, anak Mongolia.
Anaknya agak galak. HAHAHAH. Tapi, walaupun ane sempet berantem ma dia, ya dia
yang udah nemenin hari-hari awal ane di Ingelheim. Sekarang doi pindah ke
Stuttgart.
7. Temen
dadakan ane yang pernah jalan bareng yaitu tetangga rumah, ibu-ibu.
8. Emm,
tempat favorit ane yaitu di Burgkirche-nya Ingelheim, nomor 2 PERPUS KOTA. Di
Perpus ane bisa wifian gratis. Nambah kenalan.
9. Di
Ingelheim ada masjid bagus banged, masjidnya orang Turki.
10. Di
Ingelheim, ane paling suka kalo pas kerja barengan sama Michelle, anak 19 tahun
yang kerja sampingan di bagian dapur Altesheim. Di situ, ane dan dia sama-sama
pengen cepet cepet.
11. Di
Ingelheim ane punya geng kerja, terdiri dari 5 orang termasuk ane, mereka
berempat luar biasa dan cepat. Seneng.... katanya ni kalo lagi berlima, semua
cepet rampung
12. Waktu
free ane banyak digunain buat istirahat dan kerja sampingan.
13. Ingelheim
itu kecil, mungil, lucu dan gimana gitu.
14. Oke,
stop dulu ah. Mau tidur.. capek.
0 Response to "Dari Jalan Ingelheim"
Post a Comment
Maturnuwun kunjungan dan komentarnya :D