Ke Frankfuter Buchmesse 2015
Pada 2015 ini,
Indonesia menjadi tamu kehormatan dalam Pameran Buku di Frankfurt, Jerman.
Acara digelar dari 14-18 Oktober dan mengusung tema 17.000
Islands of Imagination. Sekitar 70an penulis berbagai genre diboyong ke
Pameran terbesar Dunia tersebut, termasuk sang Penulis buku Ronggeng Dukuh
Paruh, Ahmad Tohari.
Dok : Kiki |
Beberapa tahun silam,
sebuah Film berjudul Sang Penari diangkat kelayar lebar oleh Ifa Isfansyah dengan
latar belakang novel tersebut. Ronggeng Dukuh Paruh sendiri merupakan trilogi,
yang bisa dibilang mempunyai cerita lanjutan dalam novel Jentara Bianglala dan
Lintang Kemukus. Saya pribadi kemudian berimajinasi sendiri dengan akhir cerita
dari nasib Srinthil, Ronggeng cantik yang hampir saja menikah tetapi tidak
jadi. Silahkan dibaca saja bukunya yah!
Dari beberapa buku
Ahmad Tohari, saya terkesan dengan novel Lintang Kemukus, Di Kaki Bukit Cibalak
dan tentu saja Ronggeng Dukuh Paruh. Apalagi mengenai kisah Pambudi di Kaki
Bukit Cibalak itu. Ceritanya sederhana dan ketika saya membacanya baru-baru
ini, tekad saya untuk belajar dan melanjutkan studi kembali ada. Oya, Bekisar
Merah juga menginspirasi.
Saya pun mencoba
mencari jejak karangan Ahmad Tohari berbahasa Jerman,. Nah, ternyata tidaklah
susah mendapatkan karya sastra bahasa Indonesia yang diterjemahkan dalam bahasa
Jerman. Sebut sajalah, Pramoedya, Andrea Hirata, Djenar Maesa Ayu dan tentu
saja Ahmad Tohari. Masih ada beberapa, namun karena saya lebih tertarik pada
Pramoedya dan Ahmad, buku merekalah yang saya koleksi. Hmm, soal harga saya
agak kaget ketika tahu. Cek saja di Ebay atau Amazon ya.
@ @ @ @ @
Adanya Frankfuter
Buchmesse ini menjadi ajang bertemunya berbagai kalangan, mulai dari penulis,
penerbit, media massa, sastrawan, dll. Tujuan saya datang ke Frankfuter Buchmesse pada Sabtu (17/10)
yang direncanakan adalah bisa bertemu Ahmad Tohari. Semenjak tahu Pak Tohari juga diboyong, doa saya adalah
bisa bersua dengan salah satu penulis favorit itu.
Kebetulan, 17-18
Oktober pameran dibuka untuk khalayak umum dan itu akhir pekan plus kebetulan
jatah saya libur. Pameran di Frankfurt
ini selalu dilaksanakan bulan Oktober, 3 hari pertama ditujukan untuk para
profesional dan hari 2 hari akhir yang biasanya jatuh di akhir pekan dibuka
untuk semua kalangan. Ke Sana saya tidak sendiri, ada Rizqi M.Sholihah, Debora
Sisca D Ananda dan Haschfi Kurniawan serta mas Peter
yang datang dengan misi masing-masing.
Di Anjungan Korea, thanks for all guys alumni UNY :P Debora, Kiki, Hasfi, Penulis |
Untuk dapat masuk, kami
membayar 12 Euro. Harga itu sudah dipotong karena status kami. Antrian termasuk
panjang dan begitu masuk, wah luas sekali tempatnya, sekitar 185.000m₂. Ibaratnya nih pengunjung
diajak keliling Dunia di Situ. Maklum ada lebih dari 100 Negara peserta dan
peserta ini diberikan stan untuk pameran yang dibagi berdasar beberapa Negara. Contoh
ada satu Hall yang isinya negara Korea, Malaysia, Japan, dan lain-lain.
Dok Kikik, di Depan Paviliun Indonesia |
Sebelum masuk Pavilun,
ada stan informasi yang ditunggu oleh orang Indonesia dan orang Asing. Di Sini
disediakan buku panduan, buku informasi, dan banyak lagi. Ini ni salah satunya,
mas Fandi. Tugas mereka salah satunya adalah memberikan keterangan bagi mereka
yang bertanya. Saya jadi ingat beberapa tahun lalu deh waktu ngurus Pameran
Fakultas hihi.
bersama salah satu Panitia, Fandi. |
@ @ @ @ @
Memasuki Paviliun kesan
mistis dan remang-remang memenuhi pikiran saya. Seperti lampion berwarna
kebiruan dan dipenuhi berbagai kata-kata yang digantung. “Pulau-Pulau” Indonesia dihadirkan di Situ
dengan bentuk yang berbeda. Ada Pulau Kata-kata, pulau gambar dan ada pula bumbu-bumbuan
khas Nusantara loh. Ini ni arsitek dari Paviliun tersebut : M. Thamrin, Bambang
Eryudhawan, Agung Radityo A, Danny Raditya, Belly Bukhari dan Hafiza Malik. Jadi,
di dalam Sana pengunjung tidak Cuma disuguhi buku tapi juga beberapa
pertunjukan, arena diskusi, gambar yang menarik, bumbu-bumbuan.
Dok Kiki, suasana Paviliun Indonesia di Frankfuter Buchmesse 2015 |
Waktu kami masuk sedang
diadakan diskusi yang menghadirkan Laksmi dan Leila S Khudori sebagai
pembicara. Di barisan penonton nampak terlihat Taufiq Ismail dan saya pun
berpikir Ahmad Tohari pasti ada di Situ, ternyata tidak.
Dok Fitriananda, Penonton saat Diskusi |
Kami pun berpencar, waktu
muter-muter saya langsung berpaling ke Sosok lelaki yang sedang berjalan
bersama seorang Ibu. Saya ingat-ingat dan mencari bayangan wajah tersebut di
Otak. Hmm, sepertinya itu Pak Goenawan Moehammad, ketua komite Indonesia
sebagai Tamu Kehormatan. Saya pun memberanikan diri untuk menyapa dan minta
salaman.
Waktu di Situ ketemu
pak Bondan Nusantara.
Di dalam Paviliun Indonesia |
Kami pun ingin
jalan-jalan di Gedung lain. Sebelum keluar dari ruangan, saya melihat seseorang
berjalan ke arah bumbu-bumbu. Reflek saya berteriak, “Pak Ahmad Tohari ya?”
“Iya..” Jawabnya seraya tersenyum. Saya antusias sekali dan tidak menyangka
bisa bertemu dengan penulis yang salah satu anaknya kuliah di Jerman juga. Ia
mengungkap, tidak mau merusak citra karyanya. Jawaban itu datang dari
pertanyaan apakah ia akan membuat tetralogi. Kalo saya simpulkan sendiri,
mungkin ia tidak ingin terbawa nafsu melanjutkan triloginya hanya karena
mengikuti tren atau pangsa pasar hanya karena alasan konsumtif. Silahkan
tanyakan ke Beliau kalo ndak puas ya hehehe.
Dok Siska |
Perjumpaan dengannya
memberi banyak hal dalam kenangan di Kepala saya. Apalagi melihat tanda
tangannya di Buku Lintang Kemukus yang diterjemahkan menjadi Komet in der Daemmerung itu. Saya
bersyukur sekali masih di Jerman ketika Indonesia jadi tamu kehormatan dan saya
punya kesempatan untuk ke Sana. Rencana Allah memang luar biasa. Selamat untuk
Indonesia-ku!
Untuk Pemeran-pameran
yang akan datang, kunjungilah www.buchmesse.de
Semoga bisa
berpartisipasi!
Iya mbak Kayka..
ReplyDeleteMalah ktemunya di Jerman
😊
kapan lg Indonesia jd tamu kehormatan hhiiii
Ini event emang jadi dambaan para penulis, pecinta literatur, dan tentunya para blogger. Ada beberapa temanku yang memang kuliah di Belanda, Belgia, rela main ke sini hehehehhe. Semoga aku bisa ke sana juga :-D
ReplyDeleteAku jg pgnnya tiap tahun bisa ke Sana og mas..
ReplyDeleteNdilalah kok ya kmaren pas Indonesia jadi Tamu Kehormatan..makanya banyak yg gagegage hahahah
Smoga tahun mendatang mas